Bank Mandiri: Ekonomi Global Tahun Ini Lebih Buruk dari 2018

Bank Mandiri menyatakan rendahnya pertumbuhan ekonomi global akibat perang dagang

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2019, 15:30 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2019, 15:30 WIB
Layanan Perbankan di Masa Libur Idul Fitri
Nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Pertamina UPMS III, Jakarta, Rabu (28/6). Bank Mandiri memberikan layanan perbankan terbatas kepada nasabah secara bergantian pada musim liburan Idul Fitri 26-30 Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Mandiri Tbk memandang perkembangan ekonomi dunia terakhir ini kurang supportif terhadap perkembangan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun 2018 lalu.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan dalam acara Macro Economic Outlook 2019, di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/9).

Panji mengungkapkan lembaga-lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2018.

"IMF, misalnya, memperkirakan pertumbuhan tahun 2019 sebesar 3,2 persn, lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 3,6 persen," kata diam

Lebih dari itu, Panji menyebutkan prospek ekonomi global kedepan terus dibayang-bayangi ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang terus berlanjut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Turunkan Volume Dagang

Bank Mandiri Eror
Nasabah bertransaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri di Mal Pondok indah 2, Jakarta, Sabtu (20/7/2019). Sejumlah nasabah Bank Mandiri mengeluhkan perubahan drastis saldo di rekening yang mengalami pengurangan dan ada juga yang mengalami penambahan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menurutnya, perang dagang antar dua raksasa ekonomi dunia tersebut akan berdampak negatif terhadap ekonomi global karena akan menurunkan volume perdagangan dunia,yang pada akhirnya bisa menekan pertumbuhan ekonomi dunia.

"Bagi Indonesia, perang dagang Antara Amerika Serikat dan China telah berdampak negatif terhadap penurunan kinerja ekspor melalui penurunan harga-harga komoditas," ujarnya.

Berdasarkan data yang dia paparkan, harga minyak Kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) belakangan ini terus tertekan ketingkat harga sekitar 500 dolar AS (USD) per ton, padahal harga rata-rata tahun 2017 sebesar USD 648 per ton dan tahun 2018 turun lagi menjadi USD 556 per ton.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 


Harga Batubara Terus Turun

Tambang Batubara
Pertambangan batu bara di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. (Liputan6.com/ Abelda Gunawan)

Hal yang sama juga terjadi pada harga batubara, yang terus menurun akhir-akhir ini ketingkat harga USD 65 per ton. Padahal harga rata-rata tahun 2017 diatas USD 100 per ton dan tahun 2018 sebesar USD 88,3 per ton.

"Namun demikian, meskipun tantangan ekonomi global semakin besar, kami memandang bahwa stabilitas ekonomi nasional masih terjaga, dengan pertumbuhan yang relative masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging markets lainnya," tegasnya.

Seperti diketahui, pada kuartal II tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05 persen, sementara pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2019 sebesar 5,07 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya