Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) tercatat sebagai lembaga perbankan nasional pertama yang membiayai industri alat utama sistem persenjataan (alutsista). Dalam perjalanannya, ternyata BRI sempat mengalami beragam kendala.
Mantan Direktur Utama BRI Asmawi Syam menceritakan kisah dirinya memimpin BRI dalam peluncuran buku Leadership in Practice: Apa Kata Asmawi Syam di Jakarta, Selasa (08/10/2019). Saat itu, PT Pindad sebagai perusahaan alutsista yang sudah ada sejak era kolonial Belanda, membuat prototype kendaraan lapis baja, Panser Anoa.
"Saya kagum, tapi, kok, tidak dilanjutkan? Lalu Pak Jusuf Kalla yang mengetahui hal itu bertanya kepada dirut PT Pindad Budi Santoso. Jawabannya, belum ada pesanan termasuk dari Kementerian Pertahanan," ungkap Asmawi.
Advertisement
Â
Baca Juga
Jusuf Kalla, lanjut Asmawi, menanyakan kenapa sampai Kementerian Pertahanan tidak memesan. Rupanya, karena Pindad belum memiliki modal yang cukup dan dinilai belum bisa memenuhi standar militer seperti produk luar negeri.
Akhirnya, timbul rencana BRI untuk membiayai Pindad. Namun, hal tersebut terbentur aturan bahwa bank tidak boleh membiayai alat perang. Oleh karenanya, sempat ada polemik ketika BRI akan masuk membiayai produksi pertama Panser Anoa APS-3 6x6 karena disebut-sebut bisa melanggar regulasi.
"Terus saya berpikir, kalau bank asing saja bisa membiayai, kenapa bank nasional tidak? Akhirnya saya putar balik logikanya, pembiayaan alutsista bukan sebagai alat perang, tapi sebagai alat pertahanan," tuturnya.
Berkat langkah tersebut, kini perbankan lain mulai mengikuti jejak BRI untuk membiayai industri alutsista. Hal ini, kata Asmawi, adalah salah satu terobosan yang dilakukannya selama menjabat jadi bos BRI.
"Seorang bankir harus jeli melihat peluang, agar tidak gampang menyerah saat melihat regulasi yang menghadang di depan," demikian tertulis salah satu kutipan dari bukunya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Obligasi Senilai Rp5 Triliun Siap Diterbitkan BRI
Obligasi Berkelanjutan III Tahap I senilai Rp5 triliun di tahun ini siap diterbitkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Rencana tersebut disampaikan dalam Investor Gathering yang diselenggarakan pada Rabu (2/10) di Jakarta.
Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengungkapkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2019 itu ditargetkan mampu menghimpun dana sebesar Rp5 triliun, dari rencana total target dana dihimpun melalui penerbitan Obligasi Berkelanjutan III sebesar Rp20 Triliun Tahun 2019-2021.
"Dana yang berhasil dihimpun dari penerbitan obligasi ini rencananya akan digunakan untuk mengembangkan bisnis perusahaan yaitu memperbesar penyaluran kredit berdasarkan prinsip prudential banking dan good corporate governance," imbuh Haru.
Obligasi BRI memiliki rating idAAA (Triple A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), sehingga menunjukkan kemampuan perseroan yang sangat kuat dalam memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya.
Pada PUB III tahap I ini BRI memberikan kesempatan pada investor ritel untuk ikut berinvestasi, sehingga terdapat lebih banyak pilihan investasi bagi para investor retail. Alternatif pilihan investasi yang diberikan BRI selaras dengan harapan pemerintah, agar investor ritel lebih berperan terhadap perekembangan pasar modal di Indonesia.
Terdapat 3 seri pilihan obligasi yaitu Seri A (1 tahun), Seri B (3 tahun) dan Seri C (5 tahun) dengan range kupon yang cukup menarik. BRI menawarkan tingkat bunga 6.5-7 persen untuk Seri A, 7.19-7.79 persen untuk Seri B  dan 7.51- 8.21 persen untuk Seri C.
Periode book building akan dilakukan pada 2-16 Oktober 2019 dengan tanggal efektif diharapkan pada 29 Oktober 2019. Sehingga pada 31 Oktober-4 November 2019 bisa dilakukan Penawaran Umum. Tanggal penjatahan akan berlangsung 5-6 November 2019, pembayaran dari investor ke penjamin pelaksana emisi.
Distribusi obligasi secara elektronik akan dilakukan pada 7 November 2019 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia direncanakan pada 8 November 2019. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi ini adalah PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Indo Premiere, PT Mandiri Sekuritas, PT Samuel Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Advertisement