Pertamina Hentikan Produksi BBM Euro 2 di 2026

Pertamina akan mengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) standar Euro 2 dengan standar Euro 5 pada 2026.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Nov 2019, 17:06 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2019, 17:06 WIB
20160114-Melihat Pusat Minyak Mentah Pertamax di Indramayu
Tabung - tabung kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, (14/1). RU VI Balongan merupakan tumpuan produksi BBM jenis Pertamax Series milik PT. Pertamina (Persero). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan mengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) standar Euro 2 dengan standar Euro 5 pada 2026, setelah proyek enam kilang yang sedang digarap beroperasi.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, saat ini Pertamina sedang melakukan melakukan peremajaan dan pengembangan, serta pembangunan kilang baru‎ untuk meningkatkan ketahanan energi, proyek kilang tersebut melalui program New Grash Root Refinery (NGR) dan New Grash Root Refinery (NGR).

Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.

"Pertamina sangat komit dan ingin mempercepat mencapai target kemandirian energi," kata Tallulembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Melalui proyek tersebut, Pertamina akan meningkatkan kapasitas produksi BBM dari saat ini sekitar ‎650 ribu barel per hari menjadi sekitar 1,7 juta barel per hari. Selain itu, dengan teknologi baru BBM yang dihasilkan kilang tersebut akan ‎meningkat kulitasnya dari saat ini Euro 2 menjadi Euro 5.

Menurut Tallulembang, pengerjaan proyek tersebut memakan waktu ‎sekitar 6 hingga 7 tahun, dia pun memperkirakan enam kilang akan beroperasi secara bertahap hingga 2026. Dengan begitu, pada 2026 Pertamina tidak lagi memproduksi BBM dengan standar Euro 2.

"Setelah kita jalan semua nggak ada lagi Euro 2‎, 2026 itu sudah Euro 5. Terahir (beroperasi) Dumai," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kilang Tuban Ditargetkan Beroperasi di 2025

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Produk utama yang dihasilkan kilang Cilacap berupa produk BBM atau gasoline, naphtha, kerosine, avutur, solar LSWR, minyak bakar, LPG, pelumas dasar. (Liputan6.com/JohanTallo)

PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, menandatangani perjanjian dengan Spanish Tecnicas Reunidas SA, untuk melaksanakan desain dasar (Basic Engineering Design /BED) dan desain rinci (Front-End Engineering Design /FEED) terkait proyek pembangunan kompleks kilang minyak dan petrokimia di Tuban, Jawa Timur.

VP Corporate CommunicationPT Pertamina (Persero Fajriyah Usman mengatakan, kerjasama ini akan meningkatkan kemajuan pembangunan kilang Tuban rencananya akan mulai beroperasi pada 2025.

"Bagi Pertamina, penandatanganan kali ini merupakan tonggak penting atas kemajuan proyek Kilang Tuban," kata Fajriyah, di Jakarta, Rabu (30/10/2019).

PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia merupakan yang merupakan usaha patungan antara Pertamina dan Rosneft PJSC yang dibentuk sejak Oktober 2016, dengan kepemilikan saham Pertamina sebanyak 55 persen dan Rosneft 45 persen sisanya.

Usaha patungan dua perusahaan migas ini dibentuk dengan melihat kondisi pasar dan prospek pertumbuhan Indonesia yang menjanjikan. Hal inilah yang kemudian mendorong Pertamina dan Rosneft bersepakat untuk mengembangkan konsep komplek kilang dan petrokimia yang memiliki daya saing yang tinggi.

Bahkan pabrik tersebut nantinya diprediksi akan menjadi salah satu kilang dengan teknologi tercanggih di dunia dengan indeks kompleksitas Nelson mencapai 13.1.

"Proyek tersebut akan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, baik dalam penyediaan infrastruktur yang diperlukan maupun kebutuhan lainnya," ujar Fajriyah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya