Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu sempat beredar pesan berantai berisi keluhan pelanggan atas pembatalan penerbangan yang dilakukan sepihak oleh maskapai Sriwijaya Air. Hal tersebut dinilai merugikan penumpang yang sudah beli tiket pesawat jauh-jauh hari.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena menyampaikan permohonan maaf atas penundaan dan pembatalan penerbangan yang terjadi pada Kamis (07/11/2019).
Baca Juga
"Kami mohon maaf sebesar-besarnya karena telah menimbulkan ketidaknyamanan atas gangguan jadwal penerbangan Sriwijaya Air kemarin," ujar Jefferson sebagaimana dikutip Liputan6.com dari keterangan tertulis, Jumat (09/11/2019).
Advertisement
Atas hal tersebut, Jefferson memastikan pelanggan Sriwijaya Air akan mendapatkan kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Terkait kendala, dirinya menjelaskan bahwa penundaan dan pembatalan penerbangan terjadi karena adanya kendala operasional. Ke depannya, Sriwijaya Air akan menangani hal tersebut agar tidak berdampak lebih luas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penerbangan Kembali Normal
Sriwijaya Air juga sudah melakukan pengawasan dan pemantauan seluruh kegiatan operasional di wilayah-wilayah yang dilayani. Jefferson juga mengungkapkan, sebagian besar jadwal penerbangan sudah beroperasi normal kembali.
"Saya mewakili manajemen sangat mengapresiasi kinerja karyawan karena sebagian besar jadwal penerbangan Sriwijaya Air kembali beroperasi normal pada hari ini," tutupnya.
Advertisement
Status Sriwijaya Air Harus Segera Diperjelas ke Publik
Hubungan bisnis maskapai Sriwijaya Air dan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia kembali memburuk. Hal ini tidak hanya berdampak pada operasional perusahaan, tapi juga pada penumpang maskapai.
Pasalnya, ada beberapa kejadian penumpang yang tiketnya dibatalkan secara sepihak saat tenggat waktu sudah sempit menuju penerbangan.
Menanggapi hal tersebut, pengamat penerbangan Gatot Raharjo menyarankan agar hubungan bisnis kedua maskapai segera diselesaikan.
"Hubungan bisnis antara Sriwijaya Air dengan Garuda yang sampai saat ini masih panas dingin perlu segera dicarikan jalan keluarnya," ujar Gatot sebagaimana dikutip Liputan6.com dari keterangan tertulis, Jumat (08/11/2019).
Lebih lanjut, pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional harus segera mengumumkan status operasional Sriwijaya Air, apakah masih layak baik secara keselamatan (airworthy) maupun bisnis dan layananannya.
"Atau sebaliknya, sudah tidak layak dan harus dihentikan penerbangannya. Ini menyangkut kepentingan penumpang Sriwijaya Air yang mencapai 10 persen dari total jumlah penumpang maskapai penerbangan nasional," ujarnya.