Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) akan memodernisasi lokomotif dan genset yang ramah lingkungan. Saat ini, setidaknya ada 36 unit lokomotif yang sudah dipesan untuk menggantikan lokomotif yang usianya sudah di atas 30 tahun.
Direktur Keuangan Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo mengatakan, KAI berkomitmen membangun industri transportasi yang sehat dan ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar yang minim emisi.
Yang sudah dilakukan KAI saat ini, yaitu melalui pencampuran biodiesel 20 persen (B20). Upaya ini juga sesuai dengan program pemerintah.
Advertisement
"Green energy ready. Artinya teknologinya sudah siap B20 sesuai program pemerintah. Kereta kita akan kita modernisasi. Ke depan kereta kita enggak ada lokomotifnya (terpisah-pisah), sudah tersambung. Kita ke depan green energy kita ganti genset," kata Didiek, di Jakarta, Senin (11/11/2019).
Sementara itu, Direktur Utama KAI Edi Sukomoro mengungkapkan pembelian lokomotif tersebut merupakan bagian dari program penggantian kereta yang usianya sudah di atas 30 tahun. Jumlahnya mencapai 672 unit di seluruh Indonesia.
Penggantian kereta tersebut dilakukan bertahap. Sebelumnya sudah ada 300 kereta yang selesai dipesan. KAI pun telah menerbitkan obligasi dengan target Rp 2 triliun. Porsi peremajaan kereta tersebut dari obligasi tahap ke II 2019 sebesar Rp 800 miliar.
"Kita berharap dalam obligasi ini yang kedua kalinya nanti akan digunakan untuk meremajakan kereta-kereta yang memang usianya sudah 30 tahun ke atas," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
KAI Terbitkan Obligasi Rp 2 Triliun, untuk Apa?
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerbitkan obligasi ke II 2019 dengan target dana yang terkumpul mencapai Rp 2 triliun. Rencananya, dana obligasi dipakai untuk membayar utang dan pengadaan prasarana baru.
Direktur Keuangn Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo mengatakan, Rp 1,2 trilliun dana yang dihimpun dari obligasi akan dialokasikan untuk membayar utang ke perbankan, pembayaran tersebut untuk mengurangi utang jangka pendek perseroan.
"Kenapa obligasi, kalau kita lihat sepanjang perjalanan KAI sampai 2016 sumber utamanya perbankan, baru diperkembangkan alternatif sifat jangka panjang baru kita terbitkan obligasi 2017. Obligasi (2019) kami refinacing ke perbankan Rp 1,2 triliun," kata Didiek, di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Senin (11/11/2019).
Untuk sisa dana yang diperoleh dari obligasi 2019, yaitu Rp 800 miliar akan dialokasikan untuk pengadaan sarana baru, yaitu membeli kereta baru menggantikan kereta yang usianya sudah tua.
Sampai dengan Oktober 2019, terdapat 672 kereta yang usianya di atas 30 tahun. Adapun kereta-kereta tersebut berupa kereta penumpang, kereta makan, kereta bagasi dan kereta pembangkit.
Untuk titik utama pembaharuan sarana adalah melakukan repowering, yaitu peningkatan daya sarana kereta api. Repowering ini meliputi pekerjaan penggantian mesin kereta penumpang, gerbong barang, pembaruan lokomotif, kereta rel diesel dan lainnya.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta peningkatan layanan baik untuk angkutan penumpang maupun barang.
Advertisement
Peringkat idAAA
Obligasi ini mendapatkan peringkat idAAA (Triple A; Stable Outlook) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia. Obligasi terbagi menjadi 2 seri di mana Seri A berjangka waktu 5 tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 7,45 persen-8,10 persen per tahun, Seri B berjangka waktu 7 tahun dengan indikasi tingkat kupon Obligasi 7,80 persen 8,50 persen per tahun.
Bunga Obligasi dibayarkan triwulan 30/360, sesuai dengan tanggal pembayaran masing-masing Bunga Obligasi; “KAI optimistis Penawaran Umum ini akan sukses seperti yang sebelumnya,” tandasnya.