Liputan6.com, Jakarta Nilai ekspor ikan hias Indonesia saat ini masih kalah dengan Singapura. Padahal, secara volume atau jumlah ikan hias di Indonesia masih tertinggi di dunia.
"Kita negara besar tapi kalah ekspornya dengan Singapura. Singapura nomor satu di dunia," kata Direktur Utama Nusantara Aquatic (Nusatic), Sugiarto Budiono di ICE BSD, Tangerang, Minggu (1/12/2019).
Baca Juga
Untuk mendongkrang nilai ekspor terbesar di dunia, pengusaha berkomitmen dan bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dan juga Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melakukan pameran sekala besar.
Advertisement
Bersama pemerintah, pengusaha merancang agar pada 2024 ekspor ikan hias RI merajai pasar-pasar dunia.
"Diharapkan di 2024 kota sudah bisa menjadi nomor satu. Karena sangat memungkinkan dengan lahan, uang kita punya, alam yang kita kunya itu sangat memungkinkan untuk kita bisa besar," jelas dia.
Dia menambahkan, secara tren peningkatan ekspor ikan hias Indonesia terus meningkat. Di mana pangsa pasar terbesar juga masih berada di China.
"50 persen ke China. Yang lainnya terbagi dari puluhan negara," kata dia.
Adapun berdasarkan data nilai ekspor ikan hias Indonesia pada 2017 sebesar USD 27,7 juta atau naik 12,27 persen dibanding 2016 yang didominasi ikan hias air tawar mencapai 74 persen seperti arwana, botia dan ikan hias air tawar lainnya.
Sementara negara tujuan utama ekspor ikan hias air tawar adalah China (31,85 persen), Jepang (12,2 persen), Singapura (8,1 persen) dan USA (6,7 persen), sementara negara tujuan utama ikan hias air laut adalah USA (22 persen) dan China (15 persen).
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Keluhkan Tingginya Ongkos Transportasi Kargo
Pengusaha mengeluhkan tingginya ongkos kargo untuk angkutan transportasi ikan hias dalam negeri. Bahkan, biaya angkut untuk satu box ikan hias bisa mencapai di atas Rp1 juta.
"Ikan yang misalnya Jakarta kirim ke Makassar mungkin cukup yang lalu cukup Rp500-500 ribu per box. Saat ini ada di atas Rp1 juta lebih," kata Sugiarto.
Dengan harga yang tinggi tersebut, kerap membuat banyak pengusaha ikan hias ada di Indonesia merasa keberatan. Kekhawatiran ini justru timbul ketika para pengusaha yang ingin melakukan ekspansi ke luar negeri.
"Memang transportasi udara kita punya kargo rate kargo tinggi dirasakan pembudidaya kita penjual kita yang antar pulau yang dalam Indonesia pun terasa sekali," jelas dia.
Persoalan ini, sebetulnya sudah disampaikan langsung kepada pemerintah. Pemerintah pun menjanjikan untuk mencari alternatif untuk menekan ongkos kargo tersebut.
"Kemarin pak Menteri (Luhut) mencoba nanti carikan kerjasama atau kebijakan antara Kemenhub dan Kementerian KKP apakah bisa dicarikan solusi nilai khusus untuk produksi ikan hias. Itu yang dicoba akan ditelusuri. Berhasil atau gak ya kami serahkan ke pak menteri," jelas dia.
Asisten Deputi Sumber Daya Hayati, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Suparman Sirait pun berjanji akan berkoordinasi dengan para stakaholder terkait untuk mengatasi persoalan tingginya ongkos kargo transportasi untuk pendistribusian ikan hias.
"Banyak keluhan. Kami apresiasi begitu gigih mereka datang ke sini tahun depan kami koordinasikan lagi bagaimana membantu teman-teman itu. Koordinasi lebih insentif," tandas dia.
Advertisement