ADB Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi China dan Negara Berkembang Asia

Tercatat, pertumbuhan ekonomi China di kuartal ketiga melambat.

oleh Nurmayanti diperbarui 11 Des 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Des 2019, 11:00 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang di Asia pada tahun ini dan 2020. Prospek perekonomian China dan India yang lemah menjadi indikasi aktivitas ekonomi di kawasan itu ikut terimbas.

ADB memangkas perkiraan pertumbuhan bagi negara berkembang Asia menjadi 5,2 persen pada 2019 dan 2020. Pemberi pinjaman berbasis di Manila ini memangkas prediksi dari awalnya di kisaran 5,4 persen dan 5,5 persen.

Khusus China, lembaga ini memprediksi pertumbuhan ekonomi negara ini masing-masing 6,1 persen di 2019 dan 5,8 persen di 2020. Ini dari perkiraan awal masing-masing 6,2 persen dan 6,0 persen, yang diumumkan pada bulan September.

“Sementara tingkat pertumbuhan masih solid di negara-negara berkembang Asia, ketegangan perdagangan yang terus-menerus telah berdampak pada kawasan ini dan masih merupakan risiko terbesar terhadap prospek ekonomi jangka panjang,” kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada, seperti mengutip laman CNBC, Rabu (11/12/2019).

"Inflasi, masih dipicu harga makanan yang tinggi. Di mana, demam babi Afrika telah menaikkan harga daging babi secara signifikan," tambah Sawada.

Tercatat, pertumbuhan ekonomi China di kuartal ketiga melambat lebih dari harapan menjadi 6 persen secara tahun-ke-tahun. Ini menandai laju terlemahnya dalam hampir tiga dekade. Dan ini diprediksi akan berada di bawah target setahun pemerintah berkisar 6,0 persen dan 6,5 persen.

 

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

ADB juga menurunkan perkiraan untuk ekonomi terbesar di Asia Selatan. Ekonomi India untuk tahun fiskal 2019 dan 2020 diprediksi turun menjadi 5,1 persen dan 6,5 persen, dari perkiraan awal sebesar 6,5 persen dan 7,2 persen. Tekanan likuiditas pada perusahaan pembiayaan non-perbankan dan lambatnya pekerjaan pertumbuhan jadi pemicu.

Pertumbuhan Asia Tenggara juga diperkirakan akan sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya. Negara dengan perekonomian yang bergantung pada perdagangan seperti Singapura dan Thailand akan terpukul keras oleh perang perdagangan dan perlambatan global yang lebih luas.

Negara-negara berkembang Asia menghadapi kenaikan biaya makanan, dengan inflasi masing-masing sebesar 2,8 persen di 2019 dan 3,1 persen pada 2020. Angka ini naik dari perkiraan pemberi pinjaman sebelumnya sebesar 2,7 persen untuk kedua tahun tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya