Kriteria Start Up yang Ampuh Tarik Minat Investor

Start up tidak harus e-commerce atau berupa wadah jual beli online yang menghadirkan beragam produk dari berbagai jenis.

oleh Athika Rahma diperbarui 17 Des 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan start up saat ini seolah menjadi gerbang para inovator muda mengenalkan gagasan mereka sekaligus meraup untung darinya. Start up biasanya lebih kreatif dan luwes terhadap perkembangan zaman.

Meski demikian, ada beberapa jenis start up yang dinilai masih menjadi favorit investor dalam hal penanaman modal. Hal itu disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro.

"Yang menarik investor itu yang bersifat digital economy. Misalnya start up yang menjual pakan ikan, atau menjual ikan itu sendiri, yang penting berbasis digital," ujar Bambang di Gedung Kemenristek, Selasa (17/12/2019).

Lebih lanjut, Bambang menyatakan bentuknya tidak harus e-commerce atau berupa wadah jual beli online yang menghadirkan beragam produk dari berbagai jenis.

"Justru kita tidak ingin mendorong semuanya jadi e-commerce. Tapi lebih kepada pemanfaatan teknologi yang diadjust dengan kebutuhan pasar saat itu," ujarnya.

Misalnya, lanjut Bambang, produk jasa seperti Halodoc (jasa konsultasi kesehatan) yang menggunakan teknologi untuk menyalurkan jasanya kepada masyarakat luas.

Lebih lanjut, pemerintah akan terus mendorong terciptanya hilirisasi produk nasional dengan berbagai upaya, salah satunya mempertemukan para inovator sekaligus pelaku usaha dengan investor potensial.

"Dengan diselenggarakannya Business Innovation Gathering (BIG), maka diharapkan terjadi peningkatan kapasitas inovasi industri hingga mencapai kolaborasi yang saling menguntungkan antar pihak," dia menandaskan.

Menristek Beberkan Alasan Produk Inovasi Nasional Kalah di Pasaran

Menteri Bambang dan Teten Beri Paparan di IDC 2019
Menristekdikti Bambang Brodjonegoro. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro beberkan alasan mengapa produk inovasi nasional bisa kalah di pasaran, bahkan di negara sendiri. Hal itu dikarenakan konsumen cenderung menambatkan pilihan pada produk-produk impor.

"Banyak produk inovasi yang bagus namun karena konsumen Indonesia cenderung percaya pada barang impor, mereka biasanya beli lewat impor, akhirnya kalah saing," ujar Bambang di kantornya, Selasa (17/12/2019).

Bambang mencontohkan beberapa produk inovasi karya peneliti Institut Teknologi Bandung berupa alat ukur berat badan.

"Tapi konsumen lebih pilih barang impor," imbuhnya.

Stigma ini tentu harus dihilangkan agar produk inovasi nasional dapat berkembang. Untuk itu, Kemenristek bermaksud menggelar forum Business Innovation Gathering (BIG) 2019 dengan menghadirkan inovator sekaligus pelaku usaha dan mempertemukannya dengan potential investor.

"Sehingga produk unggulan yang diproduksi di dalam negeri juga bisa berdaya saing dan tidak kalah dengan produk impor," tutur Bambang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya