Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini.Â
Mengutip Bloomberg, Kamis (19/12/2019), rupiah dibuka di angka 13.982 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.988 per dolar AS.
Baca Juga
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.979 per dolar AS hingga 13.987 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat ke 2,8 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.983 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.007 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada siang nanti.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan mengikuti bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) yang mempertahankan suku bunganya.
"Apalagi RDG sudah tiga kali memangkas suku bunganya tahun ini. Tentunya Bank Indonesia masih harus mengevaluasi dampaknya ke perekonomian," ujar Ariston dikutip dari Antara.
Dalam RDG Desember 2019, Bank Indonesia diperkirakan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7RR) di level 5 persen, dengan pertimbangan ekspektasi inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah stabil.
Alasan lainnya Bank Indonesia saat ini masih berhasil menahan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) sehingga pada kuartal III 2019 CAD masih berada di level yang sehat, yakni 2,7 persen dari PDB dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 2,9 persen dari PDB.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Eksternal
Sedangkan dari faktor eksternal, The Fed masih berada di posisi mempertahankan suku bunga di kisaran 1,5-1,75 persen, bahkan di sepanjang tahun 2020.
Pasar juga tampaknya masih berhati-hati dengan perkembangan kesepakatan dagang. Ini terlihat dari pergerakan rupiah yang bergerak tipis sejak awal pekan pasca-kata sepakat dari kedua pemerintahan.
"Namun optimisme pasar mengenai kesepakatan masih terjaga. Gedung putih mengisyaratkan penandatanganan kesepakatan fase 1 di awal Januari 2020," kata Ariston.
Advertisement