Jaga Kepercayaan Investor, BI Beli Surat Utang Pemerintah Rp 274 Triliun

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, para investor asing tidak perlu khawatir berinvestasi di Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 05 Feb 2020, 13:45 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 13:45 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, para investor asing tidak perlu khawatir berinvestasi di Indonesia meskipun kondisi global tengah dihantui ketidakpastian.

Seperti penyebaran virus Corona yang tak cuma merenggut ratusan jiwa, tapi juga berpotensi merenggut kepercayaan investor dalam penanaman modal mereka.

Untuk itu, BI membeli surat utang pemerintah dengan nilai USD 20 miliar atau Rp 274,4 triliun (asumsi kurs Rp 13.723) sebagai bentuk kerjasama erat antara bank sentral dengan Kementerian Keuangan.

"Kesiapan menghadapi corona tidak hanya kerjasama global namun domestik. Berapa banyak bonds yang akan dibeli pemerintah tahun ini? Angkanya mendekati USD 20 miliar," ujar Perry di acara Mandiri Investment Forum 2020, Rabu (05/02/2020).

Lebih lanjut, Perry menjelaskan bahwa para investor tidak perlu khawatir untuk berinvestasi di Indonesia. Keamanan ini dijamin sendiri oleh Presiden Indonesia Joko Widodo.

Perry membeberkan setidaknya ada 3 alasan utama mengapa Indonesia bisa jadi tempat yang bagus untuk investasi.

"Pertama, sinergi kebijakan moneter dan fiskal yang kuat. Kedua, reformasi struktural dari makro ke mikro. Ketiga, komitmen mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry di hadapan ratusan investor potensial.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gubernur BI Yakinkan Investor Tanam Modal di Indonesia

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
Menteri Keuangan Sri Mulyani, (kedua kiri) didampingi Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Gubernur BI Perry Warjiyo dan Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah saat konpers hasil rapat KSSK, Jakarta Selasa (31/7). (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, meyakini bahwa saat ini adalah kesempatan yang baik untuk melakukan investasi di Indonesia. Hal ini didasari oleh kondisi Indonesia yang semakin baik, ketahanan Indonesia semakin kuat, stabilitas ekonomi nasional terjaga, dan momentum pertumbuhan berlanjut di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Indonesia mampu menjadi salah satu performer terbaik di Asia dalam mempertahankan stabilitas ekonomi selama tahun 2019. Demikian disampaikan dalam acara Visionary Talk yang merupakan bagian dari rangkaian acara Annual Investment Forum 2020 yang diadakan di Bali, pada Kamis 30 Januari 2020.

Pada kesempatan tersebut Perry juga menyampaikan bahwa salah satu kunci dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia adalah melalui bauran kebijakan. Di tengah pelemahan ekonomi global yang masih berlanjut, bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif akan dilanjutkan pada tahun 2020. 

Seluruh instrumen bauran kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. Suku bunga kebijakan moneter diturunkan, likuiditas dikendurkan, dan stabilisasi nilai tukar Rupiah dilakukan. Pelonggaran kebijakan makroprudensial juga kembali ditempuh.

Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif ini ditujukan untuk meningkatkan intermediasi perbankan dan pembiayaan ekonomi lainnya dari sisi penawaran maupun permintaan. Kebijakan akomodatif juga terus ditempuh di bidang sistem pembayaran yang difokuskan pada penguatan instrumen dan infrastruktur publik berbasis digital, termasuk implementasi QR Code Indonesian Standard (QRIS).

Kebijakan terkait pendalaman pasar keuangan, dan pengembangan ekonomi keuangan syariah juga terus dilakukan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya