Liputan6.com, Jakarta Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menemukan jika berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terjadi migrasi tenaga kerja yang terus meningkat dari sektor pertanian ke non pertanian, kurun tahun 2.000 hingga 2014.
"(migrasi tenga kerja) Itu terjadi semakin besar. Kenapa, karena ada perubahan pendapatan riil, itu sampai 164 persen pendapatan orang yang pindah dari pertanian," kata Peneliti Indef, Mirah dalam Seminar Ekonomi Pertanian Indef di ITS Tower, Selasa (18/2/2020).
Baca Juga
Mirah juga menambahkan, meski di pedesaan terdapat milenial yang bekerja di sektor pertanian, namun trennya menurun. Kenaikan justru meningkat pada industri dan perdagangan.
Advertisement
"Tidak bisa dipungkiri, kebutuhan terhadap uang semakin meningkat. Generasi milenial saat ini cenderung mau rebahan aja tapi punya duit banyak," jelas dia.Â
Sementara itu, Mirah menjelaskan bahwa upah petani lebih rendah dari upah buruh dan asisten rumah tangga (art). "Ini salah satu faktor kenapa milenial malas masuk sektor pertanian," pungkasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Teknologi Industri Pertanian Indonesia Tertinggal, Ini Sebabnya
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira, menyebut teknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal di era digitalisasi. Sebab, kesadaran teknologi di kalangan petani masih rendah.
"Ketika revolusi digital, banyak teknologi pertanian yang masih belum maju," cetusnya pada acara Seminar Nasional yang diselenggarakan di Fairmont Hotel Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan faktor utama sektor pertanian masih bersifat tradisional.
"Di level daerah pendidikan banyak yang tamatan SMP ke bawah. Selain itu, memang diperlukan bantuan dari pemerintah. Seperti, pelatihan teknologi terbaru," ungkapnya.
Bhima menyarankan pemerintah melakukan kerjasama bidang pertanian dengan sektor swasta terkait penggunaan teknologi yang tepat guna.
"Harapannya, di situ pemerintah bisa memfasilitasi pelaku usaha dengan CSR nya (Corporate Social Responsibility) dengan bantuan-bantuannya. Intinya teknologi penting tapi tepat sasaran tidak?," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement