Bangkrut Akibat Corona, Maskapai AS Minta Bantuan Rp 753 T ke Donald Trump

Saat orang-orang tidak terbang, maka sudah dipastikan maskapai rugi triliunan, ditambah masih harus membayar pajak.

oleh Athika Rahma diperbarui 17 Mar 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2020, 18:00 WIB
Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran virus Corona menghantam operasional maskapai penerbangan yang menggantungkan pendapatan pada jam terbang. Ketika orang-orang tidak terbang, maka sudah dipastikan maskapai rugi triliunan, ditambah masih harus membayar pajak.

Oleh karenanya, maskapai penerbangan Amerika Serikat (AS) ramai-ramai meminta bantuan dalam bentuk pinjaman, hibah, dan keringanan pajak pada Pemeirntahan Presiden Donald Trump sebesar USD 50 miliar atau sekitar Rp 753,87 triliun (kurs Rp 15.077,50).

Adapun, maskapai meminta hibah sebesar USD 25 miliar untuk angkutan udara penumpang dan USD 4 miliar untuk angkutan kargo.

"Maskapai penerbangan AS sangat membutuhkan bantuan seiring dengan keadaan ekonomi yang tidak berkelanjutan saat ini. Ditambah lagi, krisis ini sepertinya belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir," sebut perwakilan maskapai dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari CNN International, Selasa (17/03/2020).

Sementara Senin kemarin, tiga aliansi maskapai besar dunia seperti Oneworld, SkyTeam dan Star Aliiance, yang mewakili 58 maskapai terkemuka dunia, juga mendesak pemerintah untuk membantu industri penerbangan dengan segera.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pendapatan Bandara

[Bintang] Pesawat Terbang
Ilustrasi pesawat terbang. (travelandleisure.com)

Pendapatan bandara juga tercatat menurun karena maskapai penerbangan memangkas jadwal penerbangan imbas penyebaran virus asal Wuhan, China ini. Pendapatan bandara memang berasal dari jumlah penerbangan yang lepas landas dan pendaratan sehingga ketika penerbangan dipangkas, otomatis jumlah lepas landas dan pendaratan berkurang.

Adapun, inisiasi bail out bagi industri penerbangan sudah mendapat persetujuan dari Presiden AS Donald Trump, meskipun sebenarnya maskapai tidak menginginkan opsi tersebut.

"Kami mendukung maskapai, 100 persen, kami akan membantu mereka," ujar Trump beberapa waktu lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya