Provinsi Jawa Tengah Salah Satu Tumpuan Serapan KUR Pertanian

Pemerintah telah meningkatkan alokasi KUR pada 2020 ini, dari semula hanya Rp 150 triliun, menjadi Rp 190 triliun.

oleh Gilar Ramdhani pada 26 Mar 2020, 12:30 WIB
Diperbarui 26 Mar 2020, 12:30 WIB
Jawa Tengah Salah Satu Tumpuan Serapan KUR Pertanian
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah meningkatkan alokasi KUR pada 2020 ini, dari semula hanya Rp 150 triliun, menjadi Rp 190 triliun. Khusus sektor pertanian, dialokasikan Rp 50 triliun dan sudah terserap Rp 11.11 triliun.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi melalui beragam media di tengah pandemi covid-19 ini sebagai upaya percepatan serapan KUR dalam sektor pertanian.

"Khusus untuk pertanian, anggaran KUR mencapai Rp 50 triliun dan sampai saat ini sudah terserap Rp 11,11 triliun. Jawa Tengah salah satu yang tertinggi setelah Jawa Timur," ujar Sarwo Edhy, Rabu (25/3).

 

 

Komiditas yang Bisa Dapat KUR

Sarwo Edhy mengungkapkan, setiap provinsi mendapat target serapan KUR pertanian kurang lebih Rp 1 triliun. Namun di Jawa Tengah sendiri, serapan KUR tahun ini sudah mencapai Rp 1,87 triliun. Terdapat 4 komoditi pertanian yang bisa mendapat KUR yakni tanaman pangan, tananaman holtikultura, perkebunan dan pertanian.

Upaya sosialisasi dilakukan supaya uang dari KUR benar-benar digunakan untuk hal produktif. Pasalnya, beberapa tahun belakangan, serapan KUR pertanian sangat rendah, mengingat NPL (non performing loan) sangat tinggi.

"Serapan rendah itu dikarenakan sebelumnya bank alergi dengan pertanian. Terutama untuk komoditas musiman tingkat kegagalannya sangat tinggi. Namun dengan dukungan Kementan, perbankan mulai yakin dengan sektor pertanian," ujarnya.

Strategi Baru Serapan KUR

Kementan sendiri melakukan strategi baru supaya serapan KUR pertanian bisa tinggi. Salah satunya adalah dengan melakukan pendampingan dengan melibatkan pelbagai pihak. Mulai dari konsultan pembiayaan, klinik agrobisnis, dan pihak lainnya.

"Kami juga akan membentuk satgas dan mencari off taker. Jadi petani yang ingin mengajukan KUR, terlebih dahulu mendatangi satgas dan off taker. Uangnya tetap diserahkan kepada individu, tapi off taker dapat membantu melakukan pembelian kebutuhan petani," paparnya.

Sarwo Edhy melanjutkan, syarat KUR pertanian juga sangat mudah. Petani hanya diharuskan memiliki lahan, menyiapkan Rancangan Anggaran Pembiayaan, KTP, NIK, KK dan nomor telepon untuk kepentingan BI Checking. Besaran pinjaman yang bisa didapat antara Rp 5 juta sampai Rp 50 juta per orang. Kredit tersebut tidak memerlukan agunan.

"Untuk Rp 5 juta-Rp 50 juta itu tidak ada agunan, kalau Rp 50 juta sampai Rp 500 juta baru harus ada agunan. Bunganya masih tetap sama, hanya 6% per tahun," ujarnya.

Bank yang melayani KUR semuanya merupakan bank milik pemerintah atau BUMN. Namun, Sarwo Edhy, pihaknya juga mengharapkan bank milik Pemerintah Daerah juga bisa melayani KUR.

"Karena bank milik daerah sangat mengetahui betul potensi yang dimiliki daerah tersebut. Sehingga ini akan sangat membantu kemajuan pertanian daerah itu," pungkasnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya