Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengumumkan angka inflasi Mei 2020 sebesar 0,07 persen. Menurut kelompok pengeluarannya, inflasi Mei ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, harga bawang merah dan daging ayam ras.
Secara rinci, tarif angkutan udara mengalami kenaikan dan menyebabkan sub sektor transportasi mengalami inflasi sebesar 0,87 persen dengan andil inflasi secara keseluruhan sebesar 0,10 persen.
Adapun, naiknya tarif angkutan udara disebabkan meningkatnya perjalanan masyarakat meski larangan mudik dan pemberlakuan PSBB pemerintah masih berlangsung.
Advertisement
"Komoditas dengan andil terbesar di sub sektor transportasi ialah tarif angkutan umum yang naik, meskipun pemerintah sudah melarang mudik, masyarakat masih banyak yang melakukan perjalanan," ujar Suhariyanto dalam paparannya, Selasa (2/6/2020).
Suhariyanto melanjutkan, tarif angkutan udara sendiri memberi andil 0,08 persen terhadap inflasi, demikian pula dengan tarif angkutan kereta api yang memberi andil 0,02 persen.
Lalu, kenaikan tarif angkutan udara tertinggi terjadi di Gunung Sitoli yang mencapai 38 persen.
"Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan posisi Lebaran, ini masih sangat rendah," lanjutnya.
Sementara untuk komoditas penyebab inflasi lainnya, bawang merah menyumbang 0,06 persen dan daging ayam ras sebesar 0,03 persen dikarenakan pemenuhan kebutuhan Idul Fitri 2020.
Naik Tipis, Inflasi Mei 2020 Sebesar 0,07 persen
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi bulan Mei 2020 sebesar 0,07 persen, angka ini lebih rendah dari inflasi bulan April 2020 yang sebesar 0,08 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, pada bulan Mei 2020, inflasi tahun kalender tercatat 0,90 persen dan inflasi tahun ke tahun tercatat 2,19 persen.
"BPS memantau di 90 kota pada Mei 2020, secara umum menunjukkan kenaikan tipis sekali sebesar 0,07 persen," ujar Suhariyanto saat mengumumkan angka inflasi di kantornya, Selasa (2/6/2020).
Â
BACA JUGA
Â
Lanjut Suhariyanto, dari 90 kota yang menjadi objek penilaian Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi.
Untuk inflasi tertinggi terjadi di Tanjungpandan sebesar 1,2 persen, disebabkan oleh kenaikan harga daging ayam ras, ikan dan bawang merah. Untuk inflasi terendah terjadi di Tanjungpinang, Bogor dan Madiun sebesar 0,01 persen.
Sementara untuk deflasi tertinggi tercatat di Luwuk yaitu -0,39 persen dan deflasi terendah di Manado sebesar -0,01 persen.
Advertisement