Berkat Konsumsi Domestik, Indonesia dan China Terhindar dari Resesi

Banyak negara di dunia memasuki zona resesi akibat tak mampu menghadapi pandemi Virus Corona

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2020, 19:50 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2020, 19:50 WIB
20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, banyak negara di dunia memasuki zona resesi akibat tak mampu menghadapi pandemi Virus Corona. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Indonesia, India dan China.

"Dari pertumbuhan ekonomi global kita melihat di antara berbagai negara seluruhnya masuk negatif. Hanya beberapa positif. Berdasarkan outlook IMF, Indonesia, China dan India masih positif," ujar Airlangga melalui diskusi online, Jakarta, Selasa (16/6).

Airlangga mengatakan, ketiga negara ini memiliki pasar domestik yang besar. Sehingga untuk menjaga ekonomi dalam negeri, tidak melulu mengandalkan ekspor yang mudah terpengaruh kondisi global.

"Alasannya karena masing-masing punya daya tahan karena ekonomi tidak tergantung market dunia. Karena masih tergantung domestik market sehingga domestik market menjadi bantalan perekonomian," jelasnya.

Dia menambahkan, negara-negara yang bergantung ekspor mudah goyah sehingga saat ini masuk ke zona merah atau resesi karena permintaan dunia menurun drastis. Untuk Indonesia sendiri, diprediksi masih akan tumbuh positif akibat konsumsi dalam negeri.

"Mereka yang tergantung ekspor itu masuk zona merah. Kalau zona merah negara tersebut masuk resesi. Ke depan dan beberapa prediksi, tahun depan Indonesia masih positif dengan demikian optimisme bisa terbangun," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Konsumsi Domestik hingga Investasi Bakal Topang Ekonomi RI

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif baik dari negara-negara besar lain di Asean. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terpengaruh sekalipun Bank Dunia telah memangkas pertumbuhan ekonomi global.

Sebab, menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi domestik.

"Sesungguhnya karakteristik perekonomian kita itu tidak bergantung pada global. Pertumbuhan ekonomi kita kontribusinya itu justru adalah dari konsumsi rumah tangga. Artinya itu domestik itu," kata Piter saat dihubungi merdeka.com, Senin (17/6/2019).

Piter menyebut, selama ini terdapat dua faktor penyumbang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni konsumsi rumah tangga dan investasi. Masing-masing keduanya telah memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan nasional.

"Sumbangan terbesar dari konsumsi rumah tangga ya kontribusinya di atas 50 persen. Kemudian sekitar 30-40 persen disumbang oleh investasi. Jadi kita itu sangat bergantung kepada domestik demand sebenernya, bukan global," kata dia.

Di sisi lain, dengan potensi sumber daya yang melimpah Indonesia tidak perlu khawatir terhadap dampak dari pemangkasan pertumbuhan ekonomi global tersebut. Apalagi Indonesia juga telah memiliki pangsa pasar yang cukup bagus.

"Ini kalau kita gabungkan dengan dua kondisi ini kita sebenarnya tidak perlu khawatir dengan perlambatan global," pungkasnya.

Seperti diketahui sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) kembali merevisi target pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,6 persen. Angka tersebut turun 0,3 persen dari proyeksi semula sebesar 2,9 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya