Liputan6.com, Jakarta - Marketeers menggelar webinar Marketeers Hangout 2020 bertajuk More Creative, More Productive pada 17 dan 18 Juni 2020 secara online dengan menghadirkan beragam narasumber.
Di hari kedua Marketeers Hangout, Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Menteri ESDM & Perhubungan Ignasius Jonan berbagi insight mengenai kegiatan urban farming yang kini digeluti.
Baca Juga
Telah bergelut sejak tahun 2008, Gubernur yang dikenal dengan panggilan Kang Emil ini menilai Covid-19 mendorong semangat urban farming bagi masyarakat perkotaan. Pandemi ini menjadi momentum bagi urban farming untuk tumbuh dengan memanfaatkan area sekitar. Lahan sekecil apapun seharusnya bisa dimanfaatkan dengan lebih baik untuk menciptakan faktor ekologi, ekonomi, dan edukasi.
Advertisement
“Ada tiga aspek yang saya yakini, ekologi yaitu menghijaukan yg bisa dihijaukan, nilai ekonomi agar hijaunya bisa dijual, dan nilai edukasi untuk mengedukasi urban citizen," ungkap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam sesi Marketeers Hangout seperti dikutip, Jumat (19/6/2020).
Menurutnya, kebiasaan orang Indonesia yang senang berkumpul dapat dimanfaatkan untuk membentuk komunitas yang menggalakan urban farming di perkotaan. Keterbatasan lahan tidak menghambat kreativitas untuk menghasilkan sesuatu yg bermanfaat.
Sesuai dengan pengalamannya dalam melakukan urban farming, tanaman yang paling digemari adalah kangkung dan bayam yang bisa dipanen dalam waktu 21 hari untuk konsumsi sehari-hari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ignasius Jonan
Senada dengan Kang Emil, mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan juga merasakan manfaat dari urban farming yang membuat udara di sekitarnya semakin segar. Jonan melakukan urban farming dengan tanaman hidroponik di halaman rumahnya.
Ia berbagi tips bagi masyarakat perkotaan yang ingin bercocok di rumah bisa memulainya dengan belajar tutorial di internet. Selain itu, penting untuk memperhatikan aspek pencahayaan, dan air bagi tanaman hidroponik.
“Saran saya untuk hidroponik yang penting airnya harus mengalir, dan ph air harus dicek kurang lebih 5,5. Kalau ph lebih tinggi bisa disesuaikan dengan electro acid," ujar Jonan.
Biaya yang dikeluarkan oleh Jonan untuk mengelola urban farming hidroponik terbilang cukup murah. Hanya dengan 300 ribu rupiah per bulan ia bisa memelihara sekitar 2.000 lubang benih dan bibit sayur mayur pada pipa sepanjang 400 meter.
Advertisement