Perikanan Bisa Jadi Penunjang Kinerja Ekspor di Tengah Pandemi

Pemerintah dinilai cukup jeli membangun kerjasama dengan pihak swasta untuk melakukan observasi dan eksploitasi budidaya perikanan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jun 2020, 16:50 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 16:50 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor perikanan naik 7,21 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengapresiasi capaian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di semester satu 2020 yang masih cukup produktif meski di tengah pandemi Covid-19.

“Sinergi program pemerintah dan dunia usaha selama ini sangat baik. Pemerintah cukup terbuka dengan usulan-usulan dari pelaku usaha, bahkan mau mendengar suara nelayan dan mau mengkoordinir berbagai kepentingan di sektor ini” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin, Yugi Prayanto dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (30/6/2020).

Dalam perikanan budidaya, kata Yugi, pemerintah cukup jeli membangun kerjasama dengan pihak swasta untuk melakukan observasi dan eksploitasi budidaya yang potensinya demikian besar sehingga menjadi salah satu program prioritas.

Selain perikanan tangkap, menurut Yugi, perikanan budidaya sangat menjanjikan untuk menopang kinerja ekspor. “Udang, tuna, tongkol, cakalang, cumi sotong, gurita, rajungan, kepiting dan rumput laut adalah komoditas yang ideal”, sebutnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal I tahun 2020, ekspor dari budidaya perikanan komoditas tersebut sangat menjanjikan. Udang mendominasi ekspor dengan nilai mencapai USD 466,24 juta (37,56 persen).

Tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai USD 176,63 juta (14,23 persen). Kemudian cumi-sotong-gurita dengan nilai USD 131,94 juta (10,63 persen). Disusul rajungan-kepiting dengan nilai USD 105,32 Juta (8,48 persen) dan rumput laut dengan nilai USD 53,75 Juta (4,33 persen).

“Budidaya bagus untuk penciptaan lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup petambak, dan menjaga kelestarian” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ujung Tombak Ekonomi

Ekspor Perikanan Melonjak 24 Persen
Suasana aktivitas pedagang ikan di Pelelangan ikan Muara Baru, Jakarta, Sabtu (6/7/2019). Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama semester I-2019 nilai ekspor produk perikanan Indonesia mencapai Rp40 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kadin berharap, sektor Kelautan dan Perikanan dapat menjadi ujung tombak perekonomian nasional dalam masa pemulihan pasca Covid-19.

“Selama PSBB (pembatasan sosial berskala besar) berlangsung, aktivitas produksi perikanan tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan ekspornya cukup baik,” kata Yugi.

Adapun volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.

Sementara nilai ekspor Indonesia selama Januari–Maret 2020 mencapai USD 1,24 miliar atau meningkat 9,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Pada April 2020 volume ekspor tercatat mencapai 119,65 ribu ton atau meningkat 29,84 persen apabila dibanding April 2019, dengan nilai ekspor perikanan mencapai USD 438,02 juta.

Meningkatnya produktivitas perikanan dan peningkatan ekspor itu merupakan andil dari adanya dukungan regulasi. Kadin menilai KKP berhasil melakukan gebrakan melalui reformasi perizinan dengan efektifnya Sistem Informasi Izin Layanan Cepat (SILAT) berbasis online.

Sistem yang dikelola Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen PT) ini mampu memangkas pengurusan izin dari 14 hari menjadi satu jam saja.

“Banyak dari rekan pelaku usaha juga nelayan sangat terbantu dengan ini. Permohonan izin kapal perikanan di atas 30 GT dapat dengan mudah didapatkan, sehingga tidak ada hambatan untuk melaut,” kata Yugi.

Ke depan, lanjut dia, sektor perikanan dan kelautan sangat membutuhkan pemulihan jaringan logistik untuk penyerapan hasil produksi yang lebih cepat dan menekan biaya logistik yang masih relatif tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya