Liputan6.com, Jakarta - Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, digitalisasi membawa perubahan yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Beberapa di antaranya untuk mendapat pinjaman tidak perlu ke bank serta memasarkan barang tak lagi harus bertemu dengan pembeli.
Digitalisasi juga membuat persaingan tidak hanya mencakup domestik tetapi juga global. Salah satunya adalah penjualan produk seperti kerupuk yang kini bisa diperdagangkan hingga ke luar negeri.
Baca Juga
"Ini mendorong adanya ekosistem untuk bisa dorong tenaga kerja. Kalau orang di kampung, di daerah bisa bikin barang jualnya kemana? Di bawa ke pasar ya kalau ada yang beli demand pasti terbatas. Tetapi dengan teknologi kerupuk bisa dijual ke New York," ujarnya dalam diskusi online, Jakarta, Jumat (17/7/2020).
Advertisement
Wimboh mengatakan, OJK berupaya untuk menggerakkan ekonomi di daerah dengan penggunaan tehnologi. Ibu rumah tangga pada umumnya diberikan pelatihan agar bisa menghasilkan produk kemudian dipasarkan melalui platform online.
"Indonesia penduduknya 272 juta orang. Ada yang hidup di daerah, masih banyak ibu ibu kalau anak sekolah, dia nonton sinetron. Kita ajak, kita ada program bank wakaf mikro kita ajar goreng kerupuk. Macam macam ini luar biasa, ada juga yang jadi tukang jahit, ada yang jadi tukang gado gado. Platformnya ada bisa dipasarkan di sana," papar orang nomor satu di OJK tersebut.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kantor Cabang Tak Lagi Dibutuhkan
Digitalisasi Bikin Kantor Cabang Tak Laku
Wimboh melanjutkan, dari sisi perbankan, digitalisasi banyak mengubah sistem yang tadinya harus tatap muka menjadi online. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya kantor cabang bank sepi kunjungan nasabah.
"Sekarang ini nasabah tidak perlu ke bank kalau mau transfer uang ke anaknya. Mau beli apa tidak perlu ke bank transfer dan dulu tahun 2000-an sampai 2010 ramai-ramai buka cabang. Setelah 2010, sekarang cabang mau ngapain?" katanya.
Â
Â
Â
Â
Â
Anggun P. Situmorang
Merdeka.com
Advertisement