Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona (Covid-19) yang mewabah di Indonesia sejak Maret 2020 lalu menjadi pukulan berat bagi sebagian industri. Skala prioritas yang bergeser dalam pengeluaran konsumen di tengah kondisi yang serba sulit disinyalir menjadi biang kerok melemahnya permintaan sejumlah barang pabrikan.
Namun siapa sangka, fenomena ini justru menghasilkan dampak yang sebaliknya bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di dalam negeri, salah satunya di Bogor, Jawa Barat. Permintaan sayuran beku melonjak di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19. Gejala ini dirasakan oleh produsen sayuran beku yang dirintis oleh sekelompok ibu-ibu rumah tangga di daerah berjuluk Kota Hujan.
Baca Juga
Direktur Operasional CV Malika Khatulistiwa Dayana Abadi, Sushane Sarita mengaku, usaha yang dirintis pada tahun 2016 justru meningkat. Produksi sayur frozen dan makanan olahannya terkerek disebabkan oleh pergeseran perilaku pembeli karena konsumen melakukan jaga jarak fisik di tengah pandemi Covid-19.
Advertisement
Disisi lain, masyarakat menyadari pentingnya makanan bergizi. Selain untuk memenuhi kebutuhan serat harian, sayur juga mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat.
"Hal ini membuat tren peningkatan permintaan sekitar 30 persen terhadap sayuran beku dan catering sejak pandemi ini," ujar Sushane, Jumat (24/7/2020).
Permintaan produk ready to cook dengan brand 'Simpel dan Aslina Fresh' banyak berasal dari ritel modern maupun individu dari Bogor maupun Jakarta.
"Kami sampai nyaris kewalahan menghadapi permintaan yang begitu tinggi. Ini sesuatu hal yang sangat challenging bagi kami sebagai UMKM. Alhamdulillah karena kami konsisten di bidang usaha makanan dan menghadirkan produk-produk ready to cook yang praktis dengan harga terjangkau," terangnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Umur Simpan Sayuran
Produk sayuran beku memiliki umur simpan lebih lama dibandingkan sayuran fresh sehingga memudahkan sistem stok. Selain itu, lebih praktis karena sayuran sudah melalui proses pencucian, dipotong sesuai standar dapur pada umumnya dan dibekukan untuk meminimalisir kontaminasi.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sayuran beku tidak kalah sehat dibandingkan dengan sayur segar. Hal ini dikarenakan pada sayuran beku, sayur tersebut langsung dibekukan setelah dipanen, sehingga kandungan gizinya tetap terjaga. Makanan beku tetap memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, termasuk vitamin C, polyphenol, antocyanin, lutein, dan beta karoten.
Di sisi lain, usahanya ini sebagai solusi bagi para petani dalam hal menyerap hasil panen dengan harga beli yang baik dan berkesinambungan. Setidaknya ada sekitar 30 petani binaan CV Malika Khatulistiwa yang tersebar di wilayah Jawa Barat.
"Di satu sisi ada kebanggaan kami bisa berbuat sedikit yaitu meningkatkan taraf hidup petani lokal dan dalam rangka ketahanan pangan," kata dia.
Setelah sukses menyabet penghargaan dari LPPOM MUI sebagai UMKM yang menerapkan Sertifikasi Jaminan halal (SJH) dengan baik dalam proses bisnis di tahun 2020, CV Malika kini terus melakukan inovasi, termasuk dalam pencapaian target seperti ke market ritel domestik dengan skala lebih besar.
Â
Advertisement
Produk Asli Indonesia
Komoditi yang dikembangkan dari kekayaan alam asli Indonesia, seperti sereh, kayu manis, lemon lokal, bunga telang dan vanila. Tak hanya itu, melakukan ekspor baik untuk produk sayuran beku ataupun rempah.
"Sudah ada beberapa calon buyer yang tertarik dengan produk yang ditawarkan. Namun sekarang kami masih dalam proses peningkatan kapasitas produksi," ujarnya.
Menurutnya, salah satu hal yang dapat menyelamatkan ekonomi dan mendukung ketahanan pangan Indonesia di tengah pandemi ini adalah dengan mengkonsumsi produk lokal.
"Sekarang sudah banyak produk olahan termasuk sayuran beku dari luar negeri masuk ke Indonesia. Nah, upaya kita mendorong masyarakat beli produk dalam negeri," tutupnya. (Achmad Sudarno)