Buwas Tegaskan Alasan Bulog Tak Ingin Impor Beras

Bulog keukeuh menyerap beras lokal meskipun kualitas dan kuantitasnya masih jauh dari beras impor.

oleh Athika Rahma diperbarui 28 Jul 2020, 19:45 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2020, 19:45 WIB
FOTO: Semester I 2020, Bulog Serap 700 Ribu Ton Gabah Petani
Pekerja menunjukkan gabah saat penjemuran di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (14/7/2020). Selama semester I 2020, Perum Bulog telah merealisasikan serap gabah petani secara langsung sebanyak 700 ribu ton setara beras guna meningkatkan ketahanan stok cadangan beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas menjelaskan alasannya keukeuh menyerap beras lokal meskipun kualitas dan kuantitasnya masih jauh dari beras impor.

Menurutnya, ketahanan pangan sangat penting dimiliki oleh Indonesia apalagi di tengah pandemi. Ketika produk lokal terserap, ketahanan pangan akan tercipta.

"Kenapa saya bertahan tidak impor walau ada perintah impor, cadangan beras kita saja masih ada 1,4 juta ton dari petani kita, kenapa harus impor," jelas Buwas di Pandeglang, Selasa (28/7/2020).

Buwas bilang, kalau pun harus impor, maka Bulog akan melakukannya, tapi dengan level urgensi yang tinggi. Kalau memang sangat dibutuhkan.

Padahal, jika ingin pekerjaan Bulog mudah dan cepat, pihaknya bisa langsung impor beras besar-besaran. Harga terjangkau, kualitas bagus, masyarakat dapat beras dengan harga murah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Produksi di Vietnam

FOTO: Semester I 2020, Bulog Serap 700 Ribu Ton Gabah Petani
Pekerja menjemur gabah di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (14/7/2020). Selama semester I 2020, Perum Bulog telah merealisasikan serap gabah petani secara langsung sebanyak 700 ribu ton setara beras guna meningkatkan ketahanan stok cadangan beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Apalagi, produksi beras di luar negeri lebih banyak dan tidak terhalang cuaca, baik panas maupun hujan. Sebagai perbandingan, satu ha lahan di Indonesia bisa memproduksi beras 6 hingga 7 ton, sementara di Vietnam, produksinya bisa 9 hingga 12 ton.

Namun, dirinya bersikeras untuk tetap membeli hasil panen dari petani lokal demi mendukung ketahanan pangan tersebut. Jika Indonesia memiliki ketahanan pangan, maka kedaulatan pangan juga akan terwujud.

"Ini tantangan kita. Tahun 2018, 2019, nggak ada impor, insya Allah tahun ini nggak impor juga. Gimana mungkin kita agraris, sawahnya bagus, masa impor? Yang tertinggi itu kedaulatan pangan, tapi sekarang, ketahanan pangan saja masih 'katanya'. Kalau punya ketahanan pangan, diapain saja kuat," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya