Pedesaan Jadi Benteng Terakhir saat Indonesia Masuk Masa Krisis

Pada 1998, desa dalam keadaan beruntung, di mana daerah-daerah yang punya komoditas ekspor malah menjadi kaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Agu 2020, 19:31 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2020, 19:31 WIB
Jokowi Tinjau Program Padat Karya Tunai di Desa Pematang Panjang
Presiden Jokowi meninjau pembangunan akses jalan menuju persawahan yang berada di Desa Pematang Panjang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Senin (26/3). Pembangunan dilakukan untuk memudahkan akses warga menuju area persawahannya. (Liputan6.com/Pool)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Perencanaan dan Pembangunan (PPN)/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago mengatakan pedesaan menjadi benteng pertahanan terakhir ketika Indonesia berada dalam krisis. Sebab, pada akhirnya angkatan kerja atau yang di PHK memilih jalan pulang kembali ke kampung halamannya.

"Makanya kalau ada yang banyak pulang kampung masa krisis daripada mati di kota lebih baik susah di desa tapi masih makan. Desa itu adalah benteng pertahanan," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (9/8/2020).

Dia pun membandingkan krisis pada 1998 di desa dengan krisis terjadi akibat pandemi Covid-19. Pada 1998, desa dalam keadaan beruntung, di mana daerah-daerah yang punya komoditas ekspor malah menjadi kaya. Kondisi itu berbanding terbalik, lantaran perkembangan ekspor sempat lumpuh akibat wabah virus corona.

"Pelaku-pelaku bisnis desa di ketika itu karena ekspor tidak terganggu tapi harga nominal rupiahnya naik beberapa kali lipat. Nah itu tidak terjadi sekarang karena ekspor terganggu jadi komoditas ekspor yang berasal dari daerah pedesaan dengan multiplier effect di pedesaan itu terganggu. Itu bedanya antara krisis 98," jelas dia.

Potensi Pengembangan Desa

Dia menambahkan, di tengah hantaman krisis terjadi akibat pandemi Covid-19, desa masih menyimpan potensi cukup luar biasa. Menurutnya, di desa masih memberikan peluang untuk menyediakan lapangan kerja dan memberikan harapan untuk hidup orang banyak.

Setidaknya ada lima potensi, yang selama ini tidak terlihat oleh masyarakat. Salah satunya adalah sumber air. Dia memandang, selama ini sumber air kadang-kadang dianggap sepele oleh manusia. Padahal nilai ekonomisnya luar biasa.

"Tetapi kalau dilihat manfaatnya potensi untuk produktivitas itu tinggi. Orang bisa menggunakan untuk pengolahan, bisa untuk proses kegiatan, peternakan, hilirisasi pangan dan sebagiannya. Itu nilai ekonomis yang tinggi iitu salah satu yang diabaikan oleh masyarakat," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video di bawah ini:


Potensi Lain

simulasi pengurangan risiko bencana di desa Wani II Donggala
seorang bocah memerankan korban bencana yang akan ditandu oleh tim FPRB desa Wani II dalam simulasi pengurangan risiko bencana, yang digelar warga bersama Yayasan Arkom Indonesia, Sabtu (18/7/2020). (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Potensi kedua adalah lahan. Di pedesaan masih banyak lahan-lahan yang tidak dioptimalkan dengan baik. Padahal teknologi pemanfaatan lahan itu banyak pilihannya, baik untuk kegiatan produktivitas tanaman hingga lainnya.

"Ini juga mencerminkan kita masih belum kreatif belum jeli, belum inovatif, belum berorientasi pada produktivitas dalam memanfaatkan lahan yang menganggur," katanya.

Kemudian ketiga adalah pemanfaatan material kayu-kayu bekas. Sebagian besar produk kebutuhan rumah tangga yang bersifat furniture ssbagai besar dibuat dari maeterial kayu-kayu bekas tidak terpakai. Menurutnya potensi itu cukup besar jika masyarakat desa mampu memanfaatkan peluang itu.

"Di pedesaan itu banyak sekali. Lagi-lagi yang nggak ada atau yang kurang adalah kreativitas di situ. Tapi kalau kita mau belajar kita pergi ke desa-desa di Bali kita akan terinspirasi segala macam potongan kayu bekas bisa menjadi barang berguna di situ. Bisa menjadi produk yang bisa diekspor tapi umumnya di daerah lain tidak banyak material kayu yang menganggur. Jadi ayu-kayu yang kita anggap tidak berguna padahal punya nilai ekonomis," bebernya.

Selanjutnya adalah potensi hilirisasi produk-produk tanaman, buah-buahan, hingga sayur-sayuran. Proses hilirisasi di sektor tersebut diyakini akan memberikan peluang untuk menciptakan nilai tambah lapangan kerja dan meningkatan pendapatan masyatakat.

Terakhir yakni pariwisata. Menurutnya hampir saat ini penduduk di kota khususnya masyarakat kelas menengah masih menjadikan desa sebagai tempat tujuan refreshing. Oleh karenanya pemanfaatan pariwisata dinilai salah satu potensi besar bagi masyarakat desa.

"Kalau di pedesaan itu ditambahkan fasilitas-fasilitas kemudian sistem pelayanan itu potensi besar untuk mendapatkan penghasilan dari sektor pariwisata. Banyak sekali yang bisa ditata sedikit bisa menjadi sumber pendapatan bisa menghasilkan uang mengembangkan pariwisata di pedesaan," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya