Jokowi Sebut Reformasi Sektor Kesehatan Harus Dipercepat

Presiden Jokowi menyampaikan apresiasinya kepada seluruh tenaga medis yang telah berjuang melawan pandemi Covid-19 di Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 14 Agu 2020, 10:15 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 10:15 WIB
Pengukuhan 8 Anggota Paskibraka 2020 di Istana Negara
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin upacara Pengukuhan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (13/8/2020). Sebanyak 8 anggota Paskibraka akan bertugas pada upacara HUT ke-75 Kemerdekaan RI. (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan apresiasinya kepada seluruh tenaga medis yang telah berjuang melawan pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam Pidato Kenegaraan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Jumat (14/8/2020).

Menurutnya, perjuangan untuk menghambat penyebaran Covid-19, mengobati yang sakit dan mencegah kematian sudah luar biasa dilakukan.

"Atas nama rakyat, bangsa dan negara, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dokter dan perawat, seluruh petugas di RS, laboratorium, klinik kesehatan dan di rumah isolasi, tokoh masyarakat, relawan, awak media, TNI Polri dan ASN di pusat dan daerah," ujar Jokowi.

Menurutnya, pandemi Covid-19 ini menyadarkan Indonesia agar segera memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan yang lebih merata dan lebih kuat.

"Ketahanan dan kapasitas pelayanan kesehatan harus kita tingkatkan secara besar-besaran," katanya.

Untuk itu, Jokowi mendorong percepatan reformasi fundamental di sektor kesehatan. Reformasi tersebut harus berorientasi pada pencegahan penyakit dan pola hidup sehat. Lalu, kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) hingga pengadaan obat dan alat kesehatan harus ditingkatkan.

"Penguatan kapasitas SDM, pengembangan rumah sakit dan balai kesehatan serta industri obat dan alat kesehatan harus diprioritaskan," ujarnya.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Jelang Pidato Kenegaraan, Jokowi Harus Sebar Optimisme Pertumbuhan Ekonomi RI

Jokowi-Sidang RAPBN
Presiden Joko Widodo disaksikan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon bersiap menandatangani Nota Keuangan dan RAPBN 2018 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan menyampaikan Pidato Kenegaraan, RUU Tentang APBN dan Nota Keuangan 2021 dalam sidang tahunan MPR di Jakarta, hari ini (14/8). Proyeksi atas pertumbuhan ekonomi di tahun depan pun menjadi menarik lantaran Indonesia masih berjuang memerangi pandemi Covid-19.

Ekonom Center of Reforms on Economic (CORE), Piter Abdullah menyatakan, bahwa dalam penyampaiannya pemerintah perlu optimis dalam menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional 2021. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7 persen di tahun depan dinilai tak sulit diraih, asalkan pandemi bisa segera diselesaikan pada tahun ini.

"Kalau kita lihat dari berita atas asumsi yang ada, untuk asumsi dasar ekonomi makro disepakati pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen pada 2021 relatif kecil. Padahahal potensi untuk tumbuh berkisar 6-7 persen bisa dicapai asalkan pandemi bisa cepat diselesaikan tahun ini," kata Pieter kepada Merdeka.com, Jumat (14/8).

Terlebih, sambung Pieter, pada kuartal II 2020 kontraksi ekonomi sebesar -5,32 persen secara year on year (yoy) dianggap relatif tidak terlalu dalam. Sehingga beban kerja yang dipikul pemerintah tidak terlalu berat agar ekonomi nasional dapat tumbuh lebih tinggi dari apa yang diasumsikan saat ini.

Untuk itu, Pieter mengimbau pemerintah sebaiknya harus lebih all out dalam meningkatkan serapan program PEN yang sejauh ini masih dibawah target. Program dengan pagu anggaran sebesar Rp695,2 triliun diyakini mampu untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi andaikata dapat segera terserap sepenuhnya di era kebiasaan baru ini.

Kendati demikian, ia juga meminta pemerintah untuk memastikan kondisi APBN 2020 tetap dalam keadaan sehat. Semisal menjaga defisit agar tidak semakin melebar. Sebab lebarnya defisit menandakan kondisi APBN dalam keadaan tidak sehat.

"Balik lagi, pertumbuhan ekonomi 6 sampai 7 persen sebenarnya mampu kok. Yaitu asal di support oleh pandemi yang harus usai tahun ini dan APBN yang kuat. Jadi harus optimis ya," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya