Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengaku sulit untuk mendongkrak konsumsi rumah tangga di sisa tahun 2020. Apalagi, sejauh ini belum ada tanda-tanda pemulihan di sektor konsumsi rumah tangga.
Pada kuartal II-2020 konsumsi rumah tangga berada di bawah 5 persen atau masuk ke dalam zona negatif yakni berada minus 1,3 persen. Sementara proyeksi keseluruhan konsumsi rumah tangga hingga akhir tahun hanya berada di 0 persen.
Baca Juga
"Pada kuartal ketiga dan keempat diakui bahwa ini adalah satu yang cukup berat karena di kuartal ketiga konsumsi kita lihat belum menunjukkan pemulihan seperti yang kita harapkan," kata dia dalam APBN Kita, di Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Advertisement
Kendati begitu, pemerintah masih tetap optimis mendorong konsumsi rumah tangga di sisa waktu kuartal III atau satu setengah bulan lagi. Pemirntah masih menaruh harapan seiring dengan APBN yang mengalami perubuhan dengan stimulus pemulihan ekonomi.
"Penanganan pemulihan ekonomi yang cukup besar yang diharapkan bisa dieksekusi secara efektif pada kuartal ketiga dan keempat sehingga ini akan memberikan kontribusi positif pada outlook ekonomi kita tahun 2020 sehingga pertumbuhannya antara 2 sampai 4 persen," kata dia.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Pengusaha Prediksi Ekonomi Indonesia Minus 2 Persen di Kuartal III 2020
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020 minus 5,32 persen. Kendati begitu, sejumlah pengusaha tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tidak akan sedalam kuartal sebelumnya.
“Kita masih berharap bahwa di kuartal III nanti pertumbuhan ekonomi walaupun minus bisa di bawah -4 persen, mungkin itu -1 atau -2 persen. Sehingga boleh dikatakan nanti di kuartal IV kita sudah berada di positif,” kata Ketua umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada Liputan6.com, Minggu (16/8/2020).
Ia meyakini Indonesia bisa menghindari resesi, meskipun di kuartal II pertumbuhan -5,32 persen setidaknya Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain yang minus hingga dua digit, seperti Singapura -41 persen dan Amerika Serikat -35 persen.
“Walaupun -5,32 persen itu kan dikatakan masih jauh lebih bagus daripada misalnya Singapura dan Amerika Serikat, menurut saya ini sesuatu yang yang cukup meyakinkan kita,” ujarnya.
Kata Sarman, hal itu dikarenakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh jumlah penduduk yang banyak yang mencapai 262 juta penduduk, yang berarti banyak kesempatan untuk ditingkatkan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian.
“Saya yakin kita sangat sangat ditopang oleh jumlah penduduk kita yang hampir 262 juta itu adalah kekayaan kita, makannya bisa kita lihat bahwasannya pertumbuhan ekonomi kita kuartal kedua ini hanya -5,32 persen saja,” katanya.
Lanjut dia juga meyakini, prospek pertumbuhan ekonomi ke depan di tahun 2021 bisa tumbuh positif, jika semua pihak baik Pemerintah, dan masyarakat dan lainnya fokus dalam menangani covid-19 dalam waktu yang cepat.
“Kalau bicara prospek, saya sangat yakin di 2021 kita akan bisa tumbuh positif asalkan memang kita betul-betul mampu memerangi covid-19 ini dalam waktu tidak terlalu lama,”pungkasnya.
Advertisement