BPS: Indeks Harga Grosir Turun 0,07 Persen di Agustus 2020

Kelompok Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal naik 0,22 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Sep 2020, 14:17 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2020, 14:17 WIB
Indeks Harga Konsumen September Alami Deflasi 0,27 Persen
Pedagang melayani pembeli di Pasar Kebayoran, Jakarta, . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2020, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nasional atau grosir turun sebesar 0,07 persen terhadap Juli 2020. Penurunan IHPB tertinggi terjadi pada Sektor Pertanian sebesar 1,12 persen.

"Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Agustus 2020 antara lain ayam ras, wortel, bawang merah, tomat, kubis atau kol, daging ayam ras, dan gula pasir," ujar Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta, Selasa (1/9/2020).

"Perubahan IHPB di tahun kalender 2020 adalah sebesar 0,61 persen dan perubahan IHPB tahun ke tahun sebesar 0,75 persen," sambungnya.

Sementara itu, IHPB Bahan Bangunan atau Konstruksi pada Agustus 2020 naik sebesar 0,29 persen terhadap bulan sebelumnya, antara lain disebabkan oleh kenaikan harga komoditas besi beton, semen, solar industri, rangka atap baja, dan besi konstruksi bangunan.

IHPB Kelompok Bangunan atau Konstruksi yang terdiri dari 5 (lima) kelompok jenis bangunan pada Agustus 2020 secara umum mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen atau terjadi perubahan indeks dari 102,59 pada Juli 2020 menjadi 102,90 pada Agustus 2020.

Perubahan IHPB Kelompok Bangunan atau Konstruksi di tahun kalender 2020 adalah sebesar 0,21 persen dan perubahan IHPB Kelompok Bangunan atau Konstruksi tahun ke tahun sebesar negatif 0,21 persen. Pada Agustus 2020, semua kelompok jenis bangunan mengalami kenaikan.

"Kelompok Bangunan Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan mengalami kenaikan tertinggi, yaitu sebesar 0,42 persen," jelas Suhariyanto.

Kelompok Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal naik 0,22 persen, Kelompok Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian naik 0,17 persen, Kelompok Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air Minum, dan Komunikasi naik 0,13 persen dan Kelompok Bangunan Lainnya naik 0,32 persen.

Kelompok bahan bangunan yang mengalami kenaikan harga pada Agustus 2020 antara lain rangka atap baja naik 1,46 persen, besi beton 1,26 persen, solar industri naik 0,63 persen, besi konstruksi bangunan naik 0,56 persen, dan semen naik 0,36 persen.

"Sebaliknya, kelompok bahan bangunan yang mengalami penurunan harga pada Agustus 2020 antara lain kayu kaso turun 1,33 persen, kayu gelondongan turun 0,88 persen, kaca lembaran turun 0,53 persen, paku, mur, dan sejenisnya turun 0,32 persen, serta pompa air turun 0,24 persen," tandas Suhariyanto.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video di bawah ini:

BPS Catat Terjadi Deflasi 0,05 Persen di Agustus 2020

Indeks Harga Konsumen September Alami Deflasi 0,27 Persen
Pedagang melayani pembeli di Pasar Kebayoran, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka deflasi 0,05 persen pada Agustus 2020. Hasil itu didapat berdasarkan pantauan di 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK).
 
Adapun inflasi tahun kalender dari Januari sampai Agustus 2020 sebesar 0,93 persen dan inflasi tahun ke tahun, Agustus 2020 ke Agustus 2019 adalah 1,32 persen.
 
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, Indonesia pada bulan lalu juga mengalami deflasi. Angka deflasi sebesar 0,1 persen di Juli 2020.
 
Sementara, hingga Juli 2020, inflasi tahun kalender sebesar 0,98 persen. Inflasi ini lebih rendah dari inflasi Juni 2020 yang sebesar 0,18 persen. 
 
"Jadi bisa dilihat, di bulan Agustus deflasi 0,05 persen. Ini merupakan deflasi kedua tahun ini, karena di Juli juga kita deflasi 0,10 persen. Pada bulan Agustus 2020 kita juga inflasi 1,32 persen, lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya," jelasnya dalam sesi teleconference, Selasa (1/9/2020).
 
Sebagai catatan, BPS pada Juli lalu mengumumkan angka inflasi 0,10 persen secara bulanan (month to month/mtm). Sedangkan inflasi tahunan sebesar 1,54 persen, menjadi yang terendah sejak Mei 2000.
 
Suhariyanto melanjutkan, laju deflasi tertinggi terjadi Kupang, yakni sebesar 0,92 persen. Penyebab utamanya yakni adanya penurunan harga beberapa komoditas ikan, daging ayam beras dan angkutan udara.
 
"Tertinggi di Meulaboh, 0,82 persen. Penyebab terjadinya inflasi tertinggi di Meulaboh karena adanya harga emas perhiasan, minyak goreng, dan beberapa jenis ikan," ujar dia.
 
 
 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya