Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) Erick Thohir menyatakan, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dari negara-negara G20 di tengah pandemi Covid-19.
Hal ini berbanding terbalik dengan negara di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika yang memasuki masa krisis. Menurutnya, dengan adanya pandemi ini, mungkin saja peluang Indonesia masuk 5 besar ekonomi dunia jadi lebih besar.
"Ada data yang menggelitik, di 2024 nanti bukan tidak mungkin, dengan adanya pandemi ini, kita ada kesempatan menyusul (masuk ke 5 besar ekonomi dunia)," ujar Erick dalam acara Dies Natalis 63 Tahun Unpad secara virtual, Jumat (11/9/2020).
Advertisement
Erick mengibaratkan 'kejar-kejaran' pertumbuhan ekonomi antar negara di tengah pandemi seperti lomba siput.
"Semuanya lambat, tapi alhamdulillah, selambat-lambatnya kita masih bisa masuk 5 besar ekonomi dunia di tahun 2024," ujarnya.
Erick bilang, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak ambles seperti negara lain disebabkan oleh kebijakan Presiden Joko Widodk untuk tidak menerapkan lockdown.
Oleh karena itu, pihaknya berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun bisa lebih baik, apalagi proyeksi pertumbuhan ekonomi lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB) terhadap Indonesia di tahun 2021 mencapai 4,5 persen hingga 5 persen.
"Oleh karena itu kita harap kuartal III dan IV atau akhir tahun paling tidak kita bisa 0 persen atau plus sedikit, kalo minus pun jangan kebanyakan," tuturnya.
Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Genjot 5 Sektor Prioritas Ini
Pemerintah terus berupaya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di tengah Pandemi Covid-19. Dari sisi sektoral, setidaknya ada 5 (lima) sektor yang perlu didorong, antara lain Industri Pengolahan, Perdagangan, Pertanian, Pertambangan, dan Konstruksi.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan hal tersebut saat memberikan Keynote Speech secara daring pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian, Perdagangan, dan Hubungan Internasional, Kamis (10/9/2020).
“Untuk sektor konstruksi, Pemerintah mempersiapkan pembangunan perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) karena ini melibatkan banyak kontraktor di daerah sehingga tentu bisa mendorong perekonomian di daerah,” ujar Airlangga.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, Outlook Ekonomi Indonesia di tahun 2020 pun diproyeksikan sebesar -1,1 persen s.d. 0,2 persen.
Sedangkan pada tahun 2021 diprediksi akan membaik dengan tumbuh di kisaran 4,5 persen s.d. 5 persen. ”Berbagai lembaga negara juga menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan akan positif,” imbuhnya.
Dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), sejumlah indikator ekonomi mulai menunjukkan sinyal positif atas pemulihan aktivitas ekonomi, seperti Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang sudah mengalami ekspansi, Indeks Kepercayaan Konsumen, Penjualan Kendaraan Bermotor, Penjualan Ritel, Survei Kegiatan Dunia Usaha, dan Inflasi Inti.
Data per 7 September 2020 menyebutkan, dibandingkan dengan posisi 1 April 2020, kinerja Indeks Saham Sektoral mengalami penguatan di semua sektor kecuali sektor Properti. Sementara dari sisi Pasar Uang, Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar juga mengalami apresiasi sebesar 9,73 persen.
Ia juga menjelaskan, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi membutuhkan rencana jangka menengah hingga tahun 2022-2023. Beberapa program utama yang akan disasar antara lain program yang berkaitan dengan kesehatan, bantuan sosial, padat karya untuk menjaga demand, restrukturisasi, dan transformasi ekonomi.
Di tahun 2021, biaya penanganan Covid-19 akan tetap berfokus pada kesehatan, perlindungan sosial, insentif usaha, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pembiayaan korporasi, serta sektoral Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
“Pemerintah Pusat juga mendorong agar masing-masing Pemerintah Daerah menjalankan program, memacu perekonomiannya, serta melakukan belanja barang dan belanja modal. Dengan demikian, secara agregat kita bisa menjaga pertumbuhan,” pungkasnya.
Advertisement