Pangandaran Panen Padi Bebas Residu, Lebih Sehat dan Menguntungkan

Padi bebas residu artinya kita melakukan budidaya dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia diganti dengan pupuk organik.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Sep 2020, 09:36 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2020, 09:35 WIB
Bersama dengan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat menggelar panen raya padi bebas residu di Pangandaran.
Bersama dengan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat menggelar panen raya padi bebas residu di Pangandaran.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan), Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran dan Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu, Pangandaran, Jawa Barat menggelar panen raya padi bebas residu. Disebut padi bebas residu lantaran padi tersebut dipupuk dengan menggunakan bahan organik dan bio pestisida non organik. Dengan begitu, bebas dari bahan kimia dan tentu sehat.

Kasubdit Padi Irigasi dan Rawa Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Rachmat mengatakan, panen padi bebas residu ini sudah diterapkan dan dibudidayakan di beberapa tempat dan wilayah yang lain.

Padi bebas residu artinya kita melakukan budidaya dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia diganti dengan pupuk organik, pestisidanya bio pestisida non-organik,” ungkap Rachmat.

Lebih lanjut Rachmat menambahkan, dari sisi harga biasanya konsumen yang memahami nilai kesehatan sudah memaklumi harga lebih tinggi tidak menjadi persoalan. Tetapi dari sisi pasar perlu ada dorongan serta intervensi dari Pemda untuk mensosialisasikan pentingnya konsumsi padi bebas residu tersebut.

“Jenis varietas padi bisa apa saja, tapi budidayanya menggunakan pupuk organik tidak menggunakan bahan kimia artinya sudah bebas residu, hasilnya pun sehat dan bermutu,” jelasnya.

 

Mampu Bersaing

Sementara itu, Ketua kelompok Taruna Tani Mekar Bayu Tahmo Cahyono mengatakan, “ respon dari petani terhadap padi bebas residu ini cukup lumayan. Apalagi setelah para petani mendapatkan sosialisasi terkait pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Sehingga anggota kelompok lebih maju dan bisa bersaing dengan petani yang lainnya “ ungkapnya.

“Luas lahan yang kita siapkan seluas 20 hektar dengan jenis atau varietas bibit inpari 42 jajar legowo 2. Dengan menggunakan pupuk organik, agen hayati dan juga pestisida pupuk organik cair. Ternyata hasil padinya tahan terhadap kekeringan juga produksinya meningkat,” jelas Tahmo.

Lebih lanjut Tahmo menambahkan, penggunaan padi non residu dalam rangka program dari Kementrian Pertanian melalui Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran dengan menanam Padi menggunakan pupuk organic, agen hayati dan juga pupuk organik cair. Hasilnya berupa padi yang steril dari bahan-bahan kimia, selain itu juga tanah juga menjadi subur dan gembur.

“Kita mulai tanam tanggal 7 Juni 2020 dan hari ini tanggal 10 September 2020, panen raya dengan hasil 7,48 ton per hektar gabah kering giling (GKG). Modal bibit 5 kwintal Inpari 42 untuk lahan seluas 20 hektar,” kata Tahmo.

Tahmo berharap Dinas Pertanian yang didukung oleh Kementrian Pertanian terus mendorong para petani untuk melakukan budi daya padi bebas residu ini.

“Penjualannya juga tidak susah, ada beberapa pengusaha yang siap menerima hasil produk padi bebas residu ini. Ada perbedaan 10 persen dengan harga padi konvensional atau yang dengan pupuk kimia. Jadi lebih menguntungkan,” beber Tahmo.

Menurut dia harga berasnya sekitar Rp 12.500-15.000 per kg. Cukup menguntungkan dibandingkan harga beras biasa sekitar Rp 8.000-10.000 per kg

 

Terus Digalakkan

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, agar masyarakat untuk bersama-sama menggalakkan budi daya tanaman padi bebas dari residu pestisida.

"Penggunaan pestisida kimia secara masif memang dapat menyelamatkan pertanaman dari kegagalan panen, akan tetapi penggunaan pestisida kimia yang terus menerus dan dalam jumlah yang tinggi dapat merugikan alam dan manusia sendiri," jelas Suwandi.

"Dengan cara ini, dampak negatif penggunaan pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi. Untuk itu perlu digalakkan budidaya padi bebas residu, terutama ditujukan terhadap kualitas hasil gabah atau beras," ajaknya.

Ke depannya Suwandi berharap agar penanaman padi denga sistim bebas residu ini akan terus dapat meningkatkan produksi padi para petani

Seiring dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yaitu segala daya upaya harus dilakukan demi ketersediaan pangan di Indonesia dan kesejahteraan para petani di negeri kita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya