Jakarta PSBB Transisi Lagi, Momentum Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV

Provinsi DKI Jakarta kembali memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi, mulai 12 - 25 Oktober 2020.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Okt 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2020, 11:30 WIB
FOTO: PSBB Transisi, Jumlah Penumpang Transjakarta Naik 22 Persen
Bus Transjakarta tiba di Halte Harmoni, Jakarta, Selasa (16/6/2020). Seiring masa PSBB Transisi, PT Transjakarta menambah waktu operasional dari pukul 05.00-22.00 WIB untuk umum dan hingga 24.00 WIB untuk petugas kesehatan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan resmi mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi, mulai 12-25 Oktober 2020.

Keputusan ini merujuk hasil evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DKI Jakarta yang menyebutkan adanya perlambatan kenaikan kasus positif.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, menyambut baik keputusan tersebut, lantaran bisa menjadi momentum mendorong pertumbuhan ekonomi Jakarta meningkat di kuartal IV.

“Momentum natal dan tahun baru ini sangat bisa dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita di kuartal IV,” kata Sarman kepada Liputan6.com, Senin (12/10/2020).

Artinya jika bulan Desember ada kebijakan yang lebih longgar lagi, kata Sarman maka akan memicu meningkatkan daya beli masyarakat, seperti kebutuhan natal dan tahun baru, kebutuhan liburan dan lainnya.

“Ini mungkin akan bergairah, dan kelas menengah juga mulai membelanjakan uangnya dan ini sangat membantu dalam rangka pertumbuhan ekonomi kita di kuartal IV itu bisa positif walaupun masih kecil,” ujarnya.

Kendati begitu, dunia usaha tidak menolak jika PSBB Jakarta diterapkan Kembali, hanya saja dampak penerapan PSBB lagi akan menimbulkan ketidakpastian bagi dunia usaha, sekaligus optimisme dunia usaha turun.

“Bagi kami tidak ada istilahnya tidak setuju, bahwasannya tugas kita menjaga semuanya agar daripada pengendalian virus ini jumlahnya harus sesuai dengan standar jangan naik lagi,” tambahnya.

Maka dari itu diperlukan kerjasama semua pihak, baik pengusaha, pekerja, dan elemen masyarakat harus betul-betul mau menjaga agar bisa mengendalikan penyebaran virus corona, sehingga angkanya tidak melampaui batas.

“Disiplin itu harus diterapkan semua pihak, Kami juga menghimbau kepada para pengusaha untuk konsisten menerapkan protokol Kesehatan dan bagaimana di masing-masing perusahaan tetap melakukan pengaturan pekerja 50 persen masuk dan sisanya WFH,” pungkasnya. 

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jakarta PSBB Transisi, Kapasitas Kantor Bisa 50 Persen Mulai Senin 12 Oktober 2020

FOTO: Pemprov DKI Bagi Sif Kerja di Masa PSBB Transisi
Suasana jam pulang kerja di jalur pedestrian kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (22/6/2020). Pemprov DKI Jakarta mulai menerapkan perubahan sif kerja dengan waktu jeda tiga jam, yaitu pukul 07.00-16.00 pada sif pertama dan pukul 10.00-19.00 pada sif kedua. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pada 12 Oktober 2020. Masa transisi ini berlaku hingga 25 Oktober 2020.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, keputusan kembali ke PSBB Transisi didasarkan pada beberapa indikator, yaitu laporan kasus harian, kasus kematian harian, tren kasus aktif, dan tingkat keterisian RS Rujukan Covid-19.

"Yang terjadi selama satu bulan ini adalah kebijakan emergency brake (rem darurat) karena sempat terjadi peningkatan kasus secara tidak terkendali yang tidak diharapkan. Setelah stabil, kita mulai mengurangi rem tersebut secara perlahan, secara bertahap," ujar Anies pada Minggu (11/10/2020).

Dengan adanya masa PSBB transisi ini, maka kapasitas perkantor kembali naik menjadi 50 persen dari sebelumnya 25 persen. Hal ini termasuk juga untuk perkantoran yang masuk kategori non-esensial. “Namun, semua perkantoran wajib mengikuti ketentuan protokol kesehatan tambahan,” jelas Anies

Adapun lima protokol tambahan selama PSBB transisi sebagai berikut:

1. Membuat sistem pendataan pengunjung di perusahaan yang sekurang-kurangnya terdiri dari nama pengunjung, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor handphone, waktu berkunjung/bekerja. Sistem pendataan dapat berbentuk manual atau digital.

2. Menyerahkan data pengunjung secara tertulis kepada Pemprov DKI melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (DTKTE) sebagai upaya penelusuran penyelidikan epidemiologi.

3. Melakukan penyesuaian jam kerja dan shift kerja dengan jeda minimal antar shift 3 (tiga) jam.

4. Memaksimalkan penggunaan teknologi dan/ atau rekayasa engineering dalam melaksanakan aktivitaskerja serta untuk mencegah kerumunan atau kontak langsung selama PSBB transisi.

5. Bila ditemukan klaster (bekerja bersama, berinteraksi dekat) di sebuah tempat kerja, maka wajib melakukan penutupan tempat kerja selama 3 x 24 jam untuk desinfeksi. 


Kasus Covid-19 Melambat, Jakarta Kembali ke PSBB Transisi

Hari Pertama Kerja di Kantor saat PSBB Transisi
Pegawai mencuci tangan sebelum memasuki gedung Balai Kota pada hari pertama kerja di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi di Jakarta, Senin (8/6/2020). PNS di lingkungan Pemprov DKI kembali mulai bekerja di kantor dengan sistem shifting. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi, mulai 12 - 25 Oktober 2020. Keputusan ini merujuk hasil evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DKI Jakarta yang menyebutkan adanya pelambatan kenaikan kasus positif. 

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, keputusan kembali ke PSBB Transisi didasarkan pada beberapa indikator, yaitu laporan kasus harian, kasus kematian harian, tren kasus aktif, dan tingkat keterisian RS Rujukan Covid-19.

"Yang terjadi selama satu bulan ini adalah kebijakan emergency brake (rem darurat) karena sempat terjadi peningkatan kasus secara tidak terkendali yang tidak diharapkan. Setelah stabil, kita mulai mengurangi rem tersebut secara perlahan, secara bertahap," ujar Anies pada Minggu (11/10/2020). 

Anies menegaskan kedisiplinan harus tetap tinggi sehingga mata rantai penularan tetap terkendali dan emergency brake tidak diberlakukan kembali.

Anies menjelaskan, grafis penambahan kasus positif dan kasus aktif harian mendatar (stabil) sejak dilakukan PSBB ketat, yaitu 13 September 2020. Kemudian, terdapat tanda awal penurunan kasus positif harian dalam 7 hari terakhir.

Anies menjelaskan, pada periode 26 September sampai 9 Oktober 2020, kembali terjadi penurunan dari kondisi 14 hari sebelumnya, di mana jumlah kasus positif meningkat 22% atau sebanyak 15.437 kasus, dibanding sebelumnya meningkat 31 % atau sebanyak 16.606 kasus.

Sedangkan, kasus aktif meningkat hanya 3,81% atau sebanyak 492 kasus, dibanding sebelumnya meningkat 9,08% atau 1.074 kasus. “Sejak akhir September hingga awal Oktober jumlah kasus aktif harian mulai konsisten mendatar, menunjukkan adanya perlambatan penularan,” terangnya. 


Angka Kematian Turun

Kerja Keras Pekerja Medis Rawat Pasien Virus Corona
Pekerja medis memberikan perawatan kepada pasien virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (16/2/2020). Hingga saat ini terkonfirmasi 70.548 orang terinfeksi virus corona di China Daratan. (Chinatopix via AP)

Sementara itu, jumlah kasus meninggal 7 hari terakhir sebanyak 187 orang, sedangkan minggu sebelumnya sebanyak 295 orang.

Anies menambahkan, hasil pengamatan 2 minggu terakhir, terjadinya penurunan kejadian kematian pada kasus terkonfirmasi positif. Penurunan ini terlihat sejak 24 September 2020 sampai dengan saat ini.

Tingkat kematian atau CFR Jakarta juga terus menurun hingga ke angka 2,2% saat ini. Laju kematian juga menurun, prediksi tanpa PSBB ketat, kematian harian kasus positif di Jakarta saat ini mencapai 28 per hari, saat ini lajunya 18 per hari.

"Walaupun demikian, kematian harus dilihat dari angka absolut dan ditekan serendah mungkin hingga angka 0,” imbuhnya.

Seain itu, Pergerakan penduduk semenjak PSBB ketat terlihat menurun signifikan pada tempat rekreasi, taman, dan perumahan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya