RPN Sebut Produktivitias Teh Nasional di Atas Rata-Rata Dunia

Indonesia berada di peringkat tujuh sebagai negara produsen teh dunia dengan produktivitas teh nasional sebesar 1,6 ton per hektar (Ha)

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 31 Okt 2020, 18:09 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2020, 18:09 WIB
Pemetik Teh Kaki Gunung Kerinci
Sebagian ibu-ibu warga Kabupaten Kerinci di kaki Gunung Kerinci adalah pemetik teh peninggalan Belanda yang kini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara (PTPN). (Liputan6.com/B Santoso)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia berada di peringkat tujuh sebagai negara produsen teh dunia. Data statistik 2019 menunjukkan bahwa produksi teh dunia pada 2019 mencapai 4,9 juta ton teh kering. Sementara Indonesia mencatatkan produksi sekitar 138 ribu ton teh kering.

Dikutip dari Media Perkebunan, menurut Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Iman Yani Harahap produktivitas teh yang dicapai Indonesia cukup membanggakan karena produktivitas teh nasional di atas rata-rata dunia yang mencapai 1,2 ton/Ha.

“Sedangkan produktivitas teh nasional, cukup membanggakan. Karena produktivitas teh nasional sebesar 1,6 ton per hektar (Ha) itu di atas rata-rata dunia yang hanya mencapai 1,2 ton per hektar per tahunnya,” ungkap Yani dalam webinar Pesona dan Eksotis Teh Indonesia beberapa waktu lalu.

Meski demikian, lanjut Yani, dibandingkan produksi teh di negara Asean masih ada yang lebih tinggi yaitu Vietnam yang produktivitasnya rata-rata 2 ton/Ha. Dengan luas 118 ribu Ha, produksi teh Vietnam bisa mencapai 240 ribu ton/Ha teh kering.

Menurut Yani, berbicara mengenai teh itu menunjukkan pentingnya komoditi ini. Pada 2019, luas perkebunan teh di seluruh dunia ada sekitar 4,8 juta hektar (Ha) yang berada di 49 negara. Jika dibandingkan dengan luas teh di Indonesia pada 2019 ini terdapat 109 ribu Ha dengan komposisi 47 persen dikelola perkebunan rakyat, 23 persen perkebunan besar swasta (PBS), dan 30 persen perkebunan besar negara (PTPN).

 

Kementan Dorong Produktivitas dan Inovasi

Di tengah situasi pandemi saat ini, Ditjen Perkebunan Kementan terus mendukung dan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan komoditas perkebunan seperti teh. Selain itu juga mendorong para petani dan pelaku usaha menghadirkan inovasi baru dari pemanfaatan teh

Seiring dengan catatan produksi teh yang positif, di era modern saat ini konsumen produk teh mulai mengalami pergeseran. Teh yang semula dikonsumsi karena kaya akan kesehatan, sekarang banyak dimanfaatkan konsumen sebagai aromaterapi dan spa. Bahkan, komoditas teh juga dimanfaatkan sebagai campuran produk makanan yang eksotis, seperti greentea coklat an green tea rice cracker.

Salah satu pelaku usaha yang berinovasi dengan teh adalah Arafa Tea. Pemilik Usaha Arafa Tea, Ifah Syarifah mengatakan, usaha teh yang dikembangkan memproduksi Arafa Green Tea, Arafa White Tea, Arafah Black Tea dan Matcha Tea. Arafa Tea juga melakukan inovasi dengan membuat produk lotion berbahan baku teh.

Inovasi dan kreasi yang dilakukan Pemilik Usaha Arafa Tea, Ifah, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL). Dalam berbagai kesempatan Mentan SYL meminta pelaku usaha untuk melakukan inovasi-inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian termasuk komoditas perkebunan.

Sejumlah pengusaha pun mulai menggenjot peningkatan produksinya. Bahkan, mereka juga melakukan peningkatan mutu untuk mendorong ekspor komoditas pertanian.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, mengapresiasi berbagai upaya para pekebun yang tetap konsisten menjaga pasokan maupun produksi dan produktivitas komoditas perkebunan. Sebab, Indonesia memiliki teh berkualitas yang tak kalah dengan China.

Menurutnya, pengembangan teh tak hanya di hulu, tapi hilirnya banyak sekali multiplikasi pendapatan dan peningkatan kesejahteraan petani.

“Produksi teh terbesar di Jawa Barat, sebanyak 140 ribu ton/tahun, atau 80 persen dari produksi nasional. Teh juga perlu inovasi hilirnya seperti kopi,” katanya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya