Waduh, Covid-19 Berhasil Kalahkan Ketangguhan UMKM Hadapi Krisis

Pada 2020 adanya krisis covid-19 sangat berdampak besar untuk UMKM lantaran adanya pembatasan interaksi manusia.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Nov 2020, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2020, 12:30 WIB
Jakpreneur Buka Peluang Usaha dan Pengembangan UMKM Warga Jakarta di Tengah Pandemi
Jakpreneur Buka Peluang Usaha dan Pengembangan UMKM Warga Jakarta di Tengah Pandemi

Liputan6.com, Jakarta - Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional Suminto, mengatakan efek domino covid-19 terhadap UMKM di tahun 2020  mampu mengalahkan ketangguhan UMKM dalam menghadapi suatu krisis.

Di mana sebelumnya pada 1998 sebanyak 64 persen UMKM tidak berubah omzetnya, 31 persen menurun, dan 1 persen berkembang, kemudian penurunan tenaga kerja hanya 0,1 persen.

Lalu pada krisis 2008, resesi global yang memukul sisi permintaan tidak berdampak signifikan karena ketergantungan ekonomi ke ekspor rendah. Sementara di tahun 2020 adanya krisis covid-19 sangat berdampak besar untuk UMKM lantaran adanya pembatasan interaksi manusia.

“Situasi perekonomian yang tidak favorable (baik) ini tentunya juga mempengaruhi aktivitas perekonomian sektor UMKM dan tentu nantinya in line dengan aktivitas keuangan mikro,” kata Suminto dalam BMT Summit MUI 2020, Senin (16/11/2020).

Dirinya menjelaskan efek domino covid-19 pada aspek Kesehatan, penyebaran covid-19 yang mudah, cepat dan luas menciptakan krisis Kesehatan dengan belum ditemukannya vaksin, obat, serta keterbatasan alat dan tenaga medis.

sebab krisis Kesehatan langsung terjadi di Tiongkok dan Sebagian kecil negara sejak awal tahun. Sebagian besar negara, termasuk Indonesia baru merasakan dampak wabah akhir Februari atau awal Maret, kata Suminto

Selanjutnya aspek sosial, di mana langkah untuk flattening the curve dari cepat dan luasnya penularan memiliki konsekuensi pada berhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja di berbagai sektor tak terkecuali sektor-sektor informal seperti UMKM.

Kemudian untuk aspek ekonomi, Suminto mengatakan kinerja ekonomi menurun tajam, konsumsi terganggu, investasi terhambat, ekspor-impor terkontraksi. Pertumbuhan ekonomi melambat/menurun tajam, dan rantai suplai global seketika terdisrupsi sejak Tiongkok dan negara-negara lain terguncang oleh krisis Kesehatan.

“Di tengah-tengah situasi yang tidak favorable kita melihat perekonomian kita terinfeksi karena covid-19, di mana Kuartal II yang lalu perekonomian terkontraksi cukup dalam yakni tumbuh minus 5,32 persen, alhamdulilah di Kuartal III meskipun masih dalam kontraksi tetapi terjadi perbaikan minus 3,49 persen,” jelasnya.

Sehingga ia berharap kontraksi minus 5,32 persen di kuartal II itu merupakan kontraksi yang paling dalam dan dan selanjutnya kita dapat recover.

Begitupun dengan aspek keuangan, volatilitas dan gejolak sektor keuangan dirasakan seketika sejak wabah muncul seiring dengan turunnya investor confidence dan terjadinya flight to quality. 

"Disamping itu sektor keuangan juga terdampak melalui karena menurunnya kinerja sektor riil dimana profitabilitas dan solvabilitas perusahaan ikut menurun," pungkasnya.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menteri Teten Optimalkan Agregator Dalam Proses Bisnis UMKM

UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa sejalan dengan upaya mengawal transformasi digital, pemerintah juga berupaya mengoptimalkan agregator dan enabler dalam proses bisnis UMKM.

"Enabler hadir baik dalam format entitas perusahaan maupun perorangan. Contohnya, reseller yang menghadirkan layanan untuk menyederhanakan proses bisnis yang ditempuh UMKM," jelas Teten, pada peluncuran kampanye #ParaWajahIndonesia (secara daring) dengan tema “Para Wajah Wirausaha Indonesia: Menang Lawang Pandemi, Hidupkan Ekonomi”, dikutip Sabtu (14/11/2020).

Salah satunya, lanjut Teten, dapat meliputi aspek warehousing dan logistics, Customer Relationship Management (CRM), digital marketing dan solusi teknologi lainnya.

"Peran agregator sendiri mengkonsolidasikan proses bisnis, seperti konsolidator produksi (factory sharing), rumah pengemasan bersama, dan lain-lain," papar MenkopUKM.

Dalam kampanye yang diselenggarakan Paragon Technology and Innovation (Paragon) itu, Teten mencontohkan, di industri kuliner bisa seperti dapur bersama yang mensuplai bahan baku siap proses untuk rumah makan yang bermitra.

Dalam kesempatan itu, Teten juga mengapresiasi Paragon yang telah berupaya memberdayakan potensi UMKM lokal dengan melibatkan mereka dari hulu hingga hilir di dalam proses bisnis industri kosmetik.

Jika merujuk pada data BPS Triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik), masih mengalami pertumbuhan sebesar 5,59 persen.

"Hal ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi Covid-19 saat ini, masih ada sektor usaha yang mampu bertahan bahkan tumbuh ditengah banyaknya sektor usaha lain yang berusaha untuk bertahan," ungkap MenkopUKM.

Sementara itu, CEO Paragon Technology andInnovation Salman Subakat mengatakan, kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat untuk bangga dengan karya buatan Indonesia.

"Selama 35 tahun, Paragon berada di industri kosmetik berupaya menjalankan seluruh proses bisnisnya melalui kolaborasi dan sinergi bersama sumber daya Indonesia," ucap Salman.

Salman berharap, langkah itu semakin mendorong masyarakat untuk bangga dengan produk Indonesia. Bukan hanya untuk produk-produk Paragon, melainkan juga produk atau brand Indonesia lainnya yang dihasilkan oleh puluhan juta UMKM yang Indonesia miliki saat ini.

Bagi Salman, kampanye #ParaWajahIndonesia ini selaras dengan program “Bangga Buatan Indonesia” yang sedang digaungkan pemerintah. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya