Indef Sebut Konsumsi Masyarakat Membaik Meski Hanya Naik Tipis

Indef menyebut sejumlah indikator ekonomi telah menunjukkan peningkatan.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Nov 2020, 13:50 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 13:50 WIB
BI Prediksi Inflasi Capai 0,42 Persen pada Januari 2020
Aktivitas jual beli beli di pasar kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (28/1/2020). Bank Indonesia memproyeksikan terjadi inflasi di Januari 2020 bersumber dari beberapa komoditas pangan yang mengalami tekanan harga, di antaranya telur ayam akan berkontribusi juga ke inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyebutkan sejumlah indikator ekonomi telah menunjukkan peningkatan. Namun memang belum merata.

“Artinya ada beberapa yang pemulihannya itu sedikit membaik dari level terburuknya yang ada di posisi April-Mei sedikit membaik. Tapi kalau dibilang sudah pulih seperti awal awal tahun juga belum begitu,” kata dia dalam Webinar INDEF - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Rabu (18/11/2020).

Eko mengatakan, INDEF membuat sebuah Indeks Konsumen Indonesia (Ikon) yang datanya diperoleh dari Twitter. Hasilnya menunjukkan kecenderungan yang sudah mulai positif.

“Kita lihat ada sedikit perbaikan dalam indeks konsumen Indonesia yang kita bikin ini. Bahwa ada perbaikan sisi Konsumsi. Tapi sebetulnya kecil. Kalau kita lihat indeksnya ini kenaikannya cuma satu setengah itu kecil sekali,” kata dia.

Menurut Eko, indeks ini menggambarkan beberapa sektor yang pulih. Namun di saat bersamaan ada beberapa sektor lain yang masih harus berjuang.

“Kalau kita itu dari berbagai macam sosial media yang di Twitter itu sebagian besar ya yang sifatnya hiburan begitu ada peningkatan yang konsumsinya, seperti Netflix. kemudian belanja makanan yang instan, itu sebagian besar juga ada peningkatan. Kopi kekinian, yang mungkin teman-teman milenial walaupun nggak ngumpul bareng, tapi konsumsi berharap ini juga ada peningkatan,” jelas dia.

Secara rinci, layanan hiburan berbayar mengalami kenaikan 25,3 pesen, belanja bahan makanan 21,0 persen, internet 8,13 persen.

Lalu kopi kekinian 2,9 persen, jasa ekspedisi 2,4 persen, dan liburan sebesar 2,0 persen.

Namun demikian, sektor yang mengalami kenaikan ini bukanlah core di dalam pertumbuhan ekonomi. Dimana core yang dimaksudkan dalam pertumbuhan ekonomi adalah industri dan perdagangan yang masih terpuruk.

Semntara sejumlah sektor yang mengalami kenaikan ini kebanyakan berupa sektor jasa. “Kita belum bisa menghasilkan sebuah angka pertumbuhan yang cukup optimis. Kira-kira begitu dari sisi konsumsi,” tandas Eko.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Konsumsi Masyarakat Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi Nasional

Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai masalah utama perlambatan ekonomi saat ini disebabkan turunnya permintaan konsumsi dari masyarakat.

Sementara dari sisi penawaran dalam kondisi stabil dan tidak bermasalah. Sehingga strategi yang diperlukan untuk memulihkan keadaan yakni dengan meningkatkan permintaan masyarakat.

"Isu besar sekarang ini di sisi permintaan, kalau dari penawaran tidak ada masalah karena kondisi kita likuid dan CAR tidak masalah," kata Staf Ahli OJK, Ryan Kiryanto dalam Live Streaming Keterangan Pers OJK bertajuk 'Stabilitas Sistem Keuangan dan Pengawasan Terintegrasi OJK' di akun YouTube Jasa Keuangan, Jakarta, Rabu (2/8/2020).

Ryan menjelaskan, dari sisi permintaan masih belum terlihat. Pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dibukanya pusat perbelanjaan dan beberapa objek wisata masih belum menunjukkan kenaikan hingga titik sebelum pandemi. Meski begitu hal ini tetap menjadi harapan pulihnya aktivitas perekonomian.

"Mall dibuka itu bagus tapi belum kembali ke titik normal," kata Ryan.

Dibukanya kegiatan ekonomi dengan penerapan protokol kesehatan diharapkan akan meningkatkan permintaan. Ryan mencatat hingga Juli 2020 tercatat peningkatan kredit konsumsi tumbuh 1,45 persen.

Selain itu, upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan permintaan konsumsi dengan menggerakkan sektor keuangan konglomerasi.

Sebagai perusahaan dengan berbagai lini usaha, konglomerasi keuangan diharapkan bisa tumbuh bersama. Misalnya perbankan menyalurkan kredit, perusahaan asuransi melakukan penjaminan di sekuritas. Bila hal ini dilakukan serempak, akan berdampak pada meningkatnya permintaan masyarakat.

"Kalau semua bergerak bersama ini bagus, ini akan memberikan dampak pada kegiatan ekonomi yang riil," kata dia.

Sehingga dia meyakini pertumbuhan permintaan akan meningkat pada triwulan III dan triwulan IV tahun 2020. Ryan menyebut dalam asesmen jasa keuangan triwulan kedua jadi titik terendah pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Selain itu, pemerintah baik kementerian/lembaga dan Pemda diharapkan segera merealisasikan anggaran belanja. Kemudian pelaku usaha akan datang ke bank untuk menambah kredit atau membuka kredit baru. Sebab cara ini dinilai akan memberikan efek domino terhadap permintaan yang saat ini menjadi akar masalah perlambatan ekonomi.

"Ini akan memberikan multiplier efek dan permintaan akan tumbuh, tambah kredit atau buka kredit baru, makanya ini harus didorong," kata Ryan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya