Rupiah Dibuka Melemah ke 14.137 per Dolar AS, Namun Potensi Penguatan Cukup Besar

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.105 per dolar AS hingga 14.139 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Des 2020, 10:24 WIB
Diterbitkan 15 Des 2020, 10:23 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Rupiah dibuka di angka 14.172 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.210 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Namun rupiah diperkirakan mampu kembali menguat.

Mengutip Bloomberg, Selasa (15/12/2020), rupiah dibuka di angka 14.105 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.095 per dolar AS. Menjelang siang rupiah semakin melemah ke 14.137 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.105 per dolar AS hingga 14.139 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,96 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.171 per dolar AS, emelah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.158 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa diprediksi bergerak menguat terbatas didorong optimisme terkait vaksin Covid-19.

"Rupiah mungkin mengalami penguatan terbatas hari ini dengan sentimen positif dan negatif yang berimbang," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Menurut dia, penguatan rupiah terhadap dolar AS masih tertopang oleh optimisme vaksin Covid-19 yang saat ini juga sudah mulai disuntikkan di Amerika Serikat. Indeks dolar AS masih terlihat tertekan di area support 90.

"Pembicaraan stimulus AS yang masih berlangsung juga masih menjadi sentimen positif pasar karena perilisan stimulus bisa membantu pemulihan ekonomi," ujar Ariston.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar mendapatkan sentimen negatif dari pengumuman lockdown di London, Inggris, dan Belanda karena penularan Covid-19 meninggi. Lockdown sudah diberlakukan kembali di Jerman, Korea Selatan dan Jepang.

"Dari dalam negeri, hasil neraca perdagangan yang bisa kembali surplus juga bisa menopang penguatan rupiah terhadap dollar AS. Sementara, sentimen negatif mungkin datang dari vaksin COVID-19 yang baru bisa mendapatkan izin di awal 2021," katanya.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran 14.050 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS.

Saksikan video pilihan berikut ini:

BI Prediksi Rupiah Bakal Terus Menguat

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencermati nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat. Hal ini didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar rupiah pada 18 November 2020 menguat sebesar 3,94 persen point to point dibandingkan dengan level akhir Oktober 2020.

"Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen point to point atau 0,67 persen secara rata-rata dibandingkan dengan tingkat September 2020," jelasnya dalam sesi teleconference, Kamis (19/11/2020).

Menurut dia, selain karena peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, penguatan rupiah juga terjadi seiring dengan turunnya ketidakpastian pasar keuangan global, seeta persepsi positif terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.

Dengan perkembangan ini, Perry mencatat, rupiah sampai dengan 18 November 2020 terdepresiasi sekitar 1,33 persen secara year to date jika dibandingkan akhir 2019 lalu.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring dengan levelnya yang secara fundamental masih undervalued," ujar Perry

"Hal ini didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko di Indonesia yang menurun, dan likuiditas global yang besar," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya