Liputan6.com, Jakarta - Kondisi industri sektor pariwisata merana dihantam pandemi. Meski terdapat harapan, namun kontraksi pertumbuhan masih terjadi setidaknya hingga akhir 2020.
Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan, sektor pariwisata diproyeksi masih mengalami kontraksi meskipun kepercayaan turis asing untuk datang kembali ke Indonesia cukup tinggi.
Baca Juga
"Orang asing confident nggak datang ke Indonesia? Kalau dibilang, ya, 22 persen (data Pacific Asia Travel Association). Sekalipun confident, nggak akan datang ke Indonesia. Percayalah," ujar Faisal dalam konferensi pers Indef secara virtual, Rabu (23/12/2020).
Advertisement
Hal ini dikarenakan, turis asing masih memikirkan ulang konsekuensi dan resiko yang harus dihadapi setelah selesai menyambangi Indonesia. Menurut Faisal, mereka akan diwajibkan isolasi mandiri selama 14 hari di hotel dan tidak boleh keluar kamar.
"Bayar sendiri USD 2.000, saya kira nggak ada turis yang mau menderita diisolasi nggak boleh keluar dari kamar hotel begitu," tandasnya.
Intinya, lanjut Faisal, pengendalian virus Covid-19 di Indonesia masih harus jadi prioritas. Adanya vaksin yang datang saat ini pun, menurutnya, masih belum menjawab kegelisahan atas penanganan pandemi ini.
"Vaksin, masih belum jelas. (Uji klinis) fase 3 belum diumumkan. Dan Sinovac ini menegaskan efektivitasnya masih belum diketahui. Jadi kita beli kucing dalam karung, bagaimanapun mau digencarkan, turis masih akan melorot," tandasnya.
Adapun menurut data Badan Pusat Statistik, persentase kedatangan turis ke Indonesia anjlok 72,4 persen periode Januari-Oktober 2020. Pada Oktober 2020, angkanya meningkat jadi 88,2 persen.
Faisal kembali mengingatkan, kunci pemulihan pariwisata tetap pada penanganan pandemi yang cepat, sigap dan tepat sasaran. "Jadi apa yang bisa pulihkan pariwisata? Ya, penanganan virus yang seksama," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemerintah Siapkan Sistem Khusus buat Terima Turis Asing Masuk, Seperti Apa?
Pemerintah sedang mempersiapkan skema pembukaan akses bagi wisatawan atau turis asing yang bertandang ke Indonesia.
Dengan skema yang dibuat, turis yang berkunjung ke Indonesia nanti bisa terlacak keberadaannya. Mulai dari jenis transportasi yang dipakai, tujuan wisata hingga lokasi bermalam.
"Jadi bukan hanya sektor transportasi saja. Modelnya ini seperti rumah sakit, akan digabung menjadi satu rangkaian," kata Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Sahat Manoor Panggabean di Jakarta, Rabu (11/11/2020).
Skema ini dibuat dalam rangka memantau keberadaan turis asing sekaligus kemungkinannya terpapar virus corona. Saat ini Bali akan menjadi destinasi wisata yang bakal menerapkan skema ini.
Alasannya, beberapa wilayah di Bali sudah terlihat siap untuk kembali menerima kunjungan dari turis asing. "Itu akan ter-present dengan baik, nanti bukan hanya Bali," ungkap dia.
Tetapi lanjut Sahat, pengusaha pariwisata di Bali memiliki semangat untuk bangkit. Sehingga skema ini akan disiapkan terlebih dahulu.
"Bali ini menarik karena daerahnya juga semangat, jadi kita siapkan," kata dia.
Lewat skema ini, turis asing nantinya akan terpantau dari transportasi sampai lokasi hotel. Cara ini ditempuh dalam rangka menggerakan perekonomian bidang pariwisata sekaligus mengendalikan penyebaran virus corona.
"Supaya ini jadi nyaman dan bisa jelaskan ke mereka (turis asing) kita siapkan koridornya dengan tracing semuanya," kata dia mengakhiri.
Advertisement