Pedagang: Sudah Sebulan Lebih Harga Cabai Rawit Merah Sulit Turun

Pada akhir Januari 2021, pergerakan harga cabai rawit merah terpantau sudah mengalami penurunan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Jan 2021, 19:07 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2021, 19:07 WIB
Awal Ramadan, Harga Cabai Mulai Meroket
Permintaan yang banyak untuk cabai di awal ramadan membuat harga cabai mengalami kenaikan, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Jumat (19/6/2015). Harga Cabai Rawit naik dari harga Rp16 ribu menjadi Rp20 ribu/kg. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengeluhkan harga cabai rawit merah yang masih di atas normal. Beberapa pedagang mengaku ada yang menjual cabai rawit merah hingga Rp 100 per kg di awal 2021 lalu.

Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan, kenaikan harga cabai rawit merah ini bahkan sudah terjadi sejak satu bulan lebih.

"Cabai rawit merah ini merupakan komoditas yang tingginya cukup lama, sebulan lebih bahkan," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (30/1/2021).

Menurut dia, harga jualnya terkesan sulit turun karena secara pasokan memang belum normal. Namun dia berharap harga cabai rawit merah akan mulai turun ketika memasuki musim panen raya pada Februari 2021 nanti.

"Kita berharap agar pertengahan atau akhir Februari nanti sudah mulai normal," ujar dia.

Pada akhir Januari 2021 ini, pergerakan harga cabai rawit merah terpantau sudah mengalami penurunan. Mengutip informasi laman Informasi Pangan Jakarta, harga cabai rawit merah pada Sabtu (30/1/2021) hari ini sudah turun menjadi Rp 81.341 per kg.

Di sisi lain, produk cabai lain seperti cabai merah keriting dan cabai merah besar justru kian meroket. Harga cabai merah keriting melambung Rp 761 dari Jumat (29/1/2021) kemarin menjadi Rp 54.463 per kg. Sementara cabai merah besar naik Rp 123 menjadi Rp 51.736 per kg.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Tembus Rp 100 Ribu per Kg, Pedagang Oplos Cabai Biar Tetap Laku

Operasi Cabai Murah
Pedagang menimbang paket cabai rawit merah saat Operasi Pasar Murah di Pasar Senen, Senin, Jakarta (3/2/2020). Harga cabai rawit merah dijual Rp40.000 per kilogram, lebih murah dibandingkan harga pasar saat ini mencapai 90 ribu per kilogram. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) meminta Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan membuat desain pangan yang jelas, dan memiliki strategi rantai pangan yang terukur sehingga tidak terjadi kenaikan komoditas pangan, termasuk cabai rawit merah.

“Saran kepada pemerintah dalam hal ini kepada Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan ini kan sudah terjadi bertahun-tahun, setiap tahun pasti ada aja masalah harga tinggi, hal ini karena kita tidak punya desain pangan yang jelas,” kata Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri, Rabu (6/1/2021).

 

Selain itu, Pemerintah tidak punya strategi rantai pangan yang maksimal, baik, dan terukur, bahkan data mengenai stok komoditas tidak jelas. Itulah yang membuat kenaikan harga-harga berbagai komditas itu tidak bisa dihindari.

Misalnya untuk komoditas cabai rawit merah yang saat ini mengalami kenaikan harga dikisaran RP 100 ribu per kilogram. Kendati begitu beberapa pedagang ada juga yang masih menjual dengan harga Rp 90 ribu per kilogram.

Harga Cabai rawit itu sudah 2 bulan ini kalau gak salah menjadi persoalan tersendiri, cabai rawit merah merupakan cabai yang diluar dugaan sekarang sudah tembus di angka Rp 100 ribu, ada yang masih menjual di angka Rp 90 ribu, ada juga yang menjual dengan cara dioplos, dicampur dengan cabai awit hijau,” jelasnya.

Hal itu merupakan cara-cara yang dilakukan pedagang dalam rangka untuk mengendalikan agar harga cabai rawit tetap terkendali.

Menurutnya faktor utama harga cabai rawit merah tinggi karena kurangnya pasokan. Lantaran para petani berhenti memproduksi sebab 4 bulan lalu harga cabai rawit merah sempat jatuh harganya.

“Biasanya begitu ritme petani, kalau jatuh harganya mereka tidak mau tanam lagi. Di sinilah letak bukti bahwa Kementerian tidak aktif dalam melakukan upaya mendorong agar produksi tetap aman,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya