Kemendag: Harga Tahu dan Tempe Masih Stabil

Pemerintah bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan tetap berkomitmen untuk menjaga harga kedelai impor

oleh Tira Santia diperbarui 01 Mar 2021, 20:41 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2021, 20:29 WIB
Industri Tahu Rumahan
Pekerja memproduksi tahu di sebuah industri tahu rumahan di pinggiran Jakarta, Rabu (10/7/2019). Karena populernya, tahu menjadi bagian tak terpisahkan yang ditemui di tempat makan berbagai tingkat sosial di Indonesia, bersama-sama dengan tempe. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Syailendra menegaskan, Pemerintah bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan tetap berkomitmen untuk menjaga harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe sama seperti bulan lalu, yaitu stabil pada kisaran harga Rp9.500/kg, sehingga harga tahu masih terus stabil di kisaran Rp650/potong dan harga tempe di kisaran Rp16.000/kg.

Meskipun saat ini terjadi sedikit kenaikan harga kedelai dunia, Kementerian Perdagangan menjamin stok kedelai penyediaan bulan Maret 2021 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pengrajin tahu dan tempe nasional dengan harga yang stabil dan terjangkau.

Sebagaimana dikutip dari sumber Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia untuk penyediaan Februari 2021 masih berada di kisaran USD 13,71/bushels dan untuk penyediaan Maret, terdapat kenaikan harga di kisaran +0,8 persen menjadi USD 13,82/bushels. Meski demikian, diharapkan harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada periodeselanjutnya.

“Tingginya harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” jelas Syailendra, Senin (1/3/2021).

Lebih lanjut, Syailendra menyampaikan, sejak paruh kedua tahun lalu harga kedelai dunia mulai merangkak naik hingga hampir 30 persen. Hal tersebut berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20 persen.

“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan dampak dari adanya kenaikan harga kedelai dunia karena mayoritas kebutuhan kedelai di Indonesia masih dipenuhi oleh impor, sehingga fluktuasi perkembangan harga komoditi kedelai dunia akan berdampak secara langsung pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia,” ujar Syailendra.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terus Dipantau

Industri Tahu Rumahan
Pekerja memotong tahu yang baru dicetak, di sebuah industri tahu rumahan di pinggiran Jakarta, Rabu (10/7/2019). Karena populernya, tahu menjadi bagian tak terpisahkan yang ditemui di tempat makan berbagai tingkat sosial di Indonesia, bersama-sama dengan tempe. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Selanjutnya, Kemendag akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga, guna memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar berada di tingkat yang wajar.

Syailendra juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara rutin kepada seluruh pengrajin tahu dan tempe termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Provinsi maupun di Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.

“Kami berharap produksi tahu dan tempe dapat terus berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” pungkas Syailendra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya