Tahu Tidak! Vaksin Covid-19 Cetak 9 Miliarder Baru Berharta Rp 278 Triliun

Keuntungan dari suntikan vaksin Covid-19 telah membantu setidaknya sembilan orang menjadi miliarder, kata sebuah kelompok kampanye.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 21:00 WIB
Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak-anak dengan batasan usia 12-15 tahun. (AFP/Luis Acosta)

Liputan6.com, Jakarta Keuntungan dari suntikan vaksin Covid-19 menciptakan para orang terkaya atau miliarder baru. Setidaknya 9 orang menjadi miliarder baru di dunia.

Total kekayaan para miliarder ini menembus USD 19,3 miliar atau setara Rp 278 triliun. Ini diungkapkan sebuah kelompok kampanye, yang menyerukan diakhirinya "kendali monopoli" perusahaan farmasi pada teknologi vaksin Covid-19.

"Di antara mereka, sembilan miliarder baru memiliki kekayaan bersih gabungan USD 19,3 miliar (15,8 miliar euro). Ini cukup untuk memvaksinasi sepenuhnya semua orang di negara-negara berpenghasilan rendah 1,3 kali lipat," kata The People's Vaccine Alliance dalam sebuah pernyataan, seperti melansir Deccan Herald, Kamis (20/05/2021).

Aliansi yang merupakan jaringan organisasi dan aktivis yang berkampanye untuk diakhirinya hak properti dan paten untuk inokulasi tersebut mengatakan angka-angka itu didasarkan pada data Forbes Rich List.

"Miliarder ini adalah wajah manusia yang mendapat keuntungan besar banyak perusahaan farmasi dari monopoli yang mereka pegang pada vaksin ini," kata Anna Marriott dari badan amal Oxfam, yang merupakan bagian dari aliansi.

Selain orang kaya baru, terdapat 8 miliarder yang mendapatkan tambahan kekayaan gabungan mencapai USD 32,2 miliar berkat peluncuran vaksin, kata aliansi itu.

Di puncak daftar miliarder baru karena vaksin adalah CEO Moderna Stephane Bancel, dan rekan BioNTech-nya, Ugur Sahin.

Sementara tiga miliarder baru lainnya adalah salah satu pendiri perusahaan vaksin China, CanSino Biologics.

Penelitian ini dilakukan menjelang G20 Global Health Summit atau KTT Kesehatan Global G20 pada hari Jumat, yang telah menjadi penangkal bagi seruan yang berkembang untuk sementara waktu menghapus perlindungan kekayaan intelektual pada vaksin Covid-19. 

Para pendukung mengatakan hal itu akan meningkatkan produksi di negara-negara berkembang dan mengatasi ketidakadilan akses yang dramatis.

Amerika Serikat, serta tokoh-tokoh berpengaruh seperti Paus Francis, mendukung gagasan pengabaian global atas perlindungan paten.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Ini


Kekayaan gabungan meningkat dan kontroversi

Vaksin COVID-19 Moderna
Dalam perpanjangan kerja sama yang dilakukan pada Jumat (4/12/2020), Moderna Inc sepakat menambah 4 juta dosis vaksin COVID-19 untuk Israel.(AFP/Joel Saget)

 

Pada KTT Paris yang berupaya untuk meningkatkan pembiayaan di Afrika di tengah pandemi pada hari Selasa, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan penghapusan "semua kendala dalam hal kekayaan intelektual yang menghalangi produksi jenis vaksin tertentu". 

Komisi Eropa mengatakan pada Rabu bahwa itu akan menjadi suara "konstruktif" dalam pembicaraan WTO tentang masalah tersebut.

"Vaksin yang sangat efektif yang kami miliki adalah berkat sejumlah besar uang pembayar pajak sehingga tidak adil bahwa individu swasta menguangkan sementara ratusan juta [orang] menghadapi gelombang kedua dan ketiga sama sekali tidak terlindungi," kata Heidi Chow, Manajer Kebijakan dan Kampanye Senior di Global Justice Now, yang membantu menganalisis data miliarder.

"Karena ribuan orang meninggal setiap hari di India, sungguh menjijikkan ... untuk menempatkan kepentingan miliarder pemilik Farmasi Besar di atas kebutuhan jutaan orang," tambahnya. 

Produsen sendiri telah menekankan bahwa perlindungan paten bukanlah faktor penghambat dalam meningkatkan produksi vaksin.

Mereka mengatakan berbagai masalah, mulai dari pengaturan lokasi manufaktur, hingga sumber bahan mentah, hingga ketersediaan personel yang berkualifikasi juga dapat menghambat produksi.

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya