Menko Luhut Perintahkan Wamenlu Identifikasi Rempah yang Punya Potensi Ekspor Besar

Indonesia sudah lama dikenal dengan kekayaan rempah dan bumbu tradisional. Saat ini pemerintah mencoba untuk mengembalikan kejayaan tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2021, 19:40 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2021, 19:40 WIB
Ilustrasi rempah-rempah
Ilustrasi rempah-rempah (Dok.Unsplash/ Marion Botella)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sudah lama dikenal dengan kekayaan rempah dan bumbu tradisional. Saat ini pemerintah mencoba untuk mengembalikan kejayaan tersebut. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan pun meminta pada Wakil Menteri Luar Negeri untuk Mengidentifikasi rempah berpotensi besar untuk kembali diekspor. 

"Tujuan utamanya adalah meningkatkan pertumbuhan ekspor pangan olahan, terutama bumbu melalui pemanfaatan rantai produksi global serta perluasan target pasar,” kata Luhut, dalam Rapat Koordinasi: Indonesia Spice Up The World secara virtual, Jakarta, Jumat (28/5/2021).

Program tersebut kata Luhut dicanangkan atas keprihatinannya terhadap kurang dikenalnya bumbu asli Indonesia. Padahal rempah-rempah Indonesia memiliki cita rasa yang khas dan potensi yang tinggi.

Dilihat dari pemenuhan pasar mancanegara, Indonesia hanya mampu memenuhi 0,67 persen kebutuhan bumbu di Afrika. Sedangkan di Australia hanya mampu memenuhi kebutuhan 3,87 persen. Untuk itu perlu didorong agar produk bumbu rempah khas Indonesia bisa masuk ke pasar restoran-restoran di luar negeri.

"Indonesia perlu mendorong peningkatan produk bumbu masakan dan restoran sebagai etalase kuliner Indonesia di luar negeri," kata dia.

Luhut menilai pemerintah perlu menyusun rencana target dalam penjualan produk rempah-rempah Indonesia. Salah satuna dengan membuat kisah sukses usaha kuliner Indonesia di luar negeri.

"Kita perlu menyusun rencana target, jadi ada ukurannya agar kita tahu sudah sejauh mana yang kita kerjakan," kata dia.

Luhut pun meminta Wakil MenteriLuar Negeri, Mahendra Siregar, untuk melakukan indentifikasi rempah apa saja yang menonjol digunakan di wilayah target ekspor. Selain itu, dia juga meminta agar Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) dapat turut mendukung kesuksesan rencana ekspansi produk bumbu khas Indonesia di Dubai.

"Kemenlu kan jaringannya banyak, bisa diarahkan kepada semua perwakilan Indonesia di luar negeri itu untuk lakukan pemetaan, sehingga kita sasarannya jelas agar hasilnya lebih bagus," perintah Luhut.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia

Mencampurkan Bahan Rempah
Ilustrasi Rempah Credit: pexels.com/Mareefe

Sebelumnya, untuk memastikan keberlanjutan rempah di Indonesia dan mengembalikan kejayaan rempah maka diluncurkanlah sebuah platform Sustainable Spices Initiative Indonesia (SSI-I) yang digunakan sebagai wadah strategis di sektor rempah bagi para pemangku kepentingan dalam menyalurkan beragam inisiatif di bidang rempah-rempah.

Adapun rempah-rempah memiliki peran terhadap perekonomian nasional. Peranan tersebut terlihat pada devisa negara, food estate, Produk Domestik Bruto (PDB), dan pembuka lapangan pekerjaan.

Pada devisa negara, lada, vanili, dan kayu manis menjadi komoditas andalan dengan total produksi 13,650 ton, serta total ekspor mencapai nilai USD 652,3 juta. Kemudian untuk PDB nasional yang dihasilkan sebesar Rp 70 triliun atau 1,05 persen. Serta pada lapangan pekerjaan sebesar 2 juta tenaga kerja atau hampir 1 persen dari tenaga kerja nasional.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, ekspor rempah Indonesia di 2020 mengalami peningkatan mencapai 218 juta USD atau 19,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tingginya permintaan rempah di masa pandemi disebabkan beberapa negara menyadari manfaat dari tanaman endemik tersebut bagi kesehatan. Prospek pasar yang perlu direspon adalah tingkat konsumsi rempah dunia meningkat sampai 2 sampai 5 persen pertahun, dengan nilai pada tahun 2013 adalah 16,6 miliar USD,” jelasnya melalui siaran virtual pada Kamis (29/4/2021).

Kemudian pangsa pasar terbesar rempah-rempah ditempati Uni Eropa sebesar 34 persen, dengan pemasok dari negara Tiongkok, India, Indonesia, dan Brazil. Pada tahun 2050 diperkirakan impor rempah ke Uni Eropa meningkat lima kali lipat daripada impor saat ini.

Sementara itu, Ketua SSI Indonesia Dippos Naloanro Simanjuntak menambahkan, kedepannya peluang pasar untuk rempah yang berkelanjutan sangat terbuka untuk Indonesia,

“Selain tujuan ekonomi, SSI Indonesia ingin agar sektor rempah dapat memberikan dampak keberlanjutan bagi kehidupan sosial dan lingkungan. Ini sangat sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi agenda PBB,” jelasnya.

Adapun SSI Indonesia memiliki isu prioritas untuk 5 tahun kedepannya. Pertama meningkatkan pendapatan petani sebesar 10 persen. Kedua, meningkatkan good agriculture practice dengan kapasitas sebanyak 20 ribu petani.

Kemudian yang ketiga, dengan membangun bisnis modal secara berkelanjutan dengan menguatkan kelembagaan dan sistem traceability sebesar 20 persen untuk 5 tahun kedepan.

Lalu keempat, memastikan implementasi kebijakan pertanian berkelanjutan dengan dukungan sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya, Serta yang kelima, meningkatkan ekspor rempah-rempah berkelanjutan sebanyak tiga kali dalam 5 tahun kedepan.

Peta Jalan Rempah

Selanjutnya, dalam 5 tahun kedepan SSI Indonesia juga telah menyiapkan peta jalan yang dimulai dari 2020 hingga 2025. Pada 2020 SSI telah membentuk sebuah platform, dan di 2021 SSI melakukan launching dan memperkuat sustainable spicies salah satunya dengan MOU dengan Kementan

Untuk 2022 direncanakan akan meningkatkan GAP, kapasitas petani, dan membangun kurikulum rempah-rempah berkelanjutan. Di 2023 akan dilakukan peningkatan pendapatan petani, dan membangun sistem traceability produk.

“Kemudian di tahun berikutnya kita mencoba untuk membangun modal bisnis berkelanjutan dan juga regenerasi petani, sehingga di tahun 2025 kita bisa meningkatkan volume ekspor rempah-rempah yang sudah mengadopsi nilai-nilai keberlanjutan yang ingin kita bangun kedepan,” jelas Dippos.

Adapun SSI secara kolektif dan kolaboratif dengan stakeholder lainnya akan mencoba menyelesaikan isu yang ada, serta menyiapkan saran yang strategis untuk memperkuat kebijakan dalam membangun rempah-rempah berkelanjutan di Indonesia.

Selain itu, SSI akan memfasilitasi akses informasi terbaru terkait hasil penelitian, pengetahuan terhadap rempah-rempah, dan akses pasar dengan membuka pasar-pasar baru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya