BCA Catat Untung Rp 14,5 Triliun di Semester I 2021

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak usaha melaporkan kinerja keuangan yang positif pada semester I 2021

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Jul 2021, 17:15 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2021, 17:15 WIB
Bank BCA akan turunkan bunga deposito
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak usaha melaporkan kinerja keuangan yang positif pada semester I 2021. Laba bersih terctat tumbuh 18,1 persen YoY menjadi Rp 14,5 triliun.

Capaian laba tersebut disebabkan basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada kuartal II 2020, yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit (Cost of Credit) saat awal pandemi Covid-19 pada kuartal II tahun lalu. Sebagai catatan, biaya cadangan di kuartal II 2020 tercatat 32,4 persen lebih besar dibandingkan dengan kuartal II 2021.

Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 38,5 triliun pada semester I 2021 atau naik 2,4 persen dari tahun lalu.

"Kami melaporkan bahwa performa BCA solid pada semester I 2021. Hingga Juni 2021, kami melihat beberapa sektor ekonomi mulai bertumbuh. Dalam beberapa waktu ke depan, kami akan mencermati dinamika situasi, khususnya selama periode Kebijakan PPKM Darurat yang ditetapkan pemerintah sebagai respon pengendalian lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan ini," kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers virtual pada Kamis (22/7/2021).

Nilai bisnis dan frekuensi transaksi nasabah BCA menunjukkan pemulihan pada enam bulan pertama tahun ini, sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian. Transaksi belanja nasabah juga mengalami tren peningkatan di periode yang sama.

Per Juni 2021, kredit tumbuh 0,8 persen di sepanjang tahun berjalan (YTD), ditopang oleh segmen korporasi dan KPR yang naik masing-masing 2,1 persen dan 3,8 persen YTD. Sementara itu, kredit komersial dan UKM mulai membaik pada kuartal II 2021 secara kuartalan (QoQ), dibandingkan kuartal I 2021. Dari sisi pendanaan, current account and savings account (CASA) tumbuh 8,3 persen YTD, sejalan dengan peningkatan nilai transaksi, basis nasabah yang semakin besar, serta penguatan dan perluasan ekosistem pelayanan bersama para mitra bisnis bank.

BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8 persen YoY menjadi Rp 28,3 triliun pada semester I 2021. Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 1,2 persen YoY menjadi Rp 10,2 triliun. Penurunan ini sebagai dampak dari one-off gain dari penjualan portofolio reksa dana yang dibukukan tahun lalu, namun sebagian besar dapat diimbangi oleh kenaikan pendapatan fee dan komisi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Kartu Kredit

20160517-Presiden Direktur PT BCA Tbk, Jahja Setiaatmadja-Jakarta
Presiden Direktur PT BCA Tbk, Jahja Setiaatmadja (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara YoY, total kredit stabil di angka Rp 593,6 triliun pada Juni 2021, didukung oleh segmen korporasi, KPR, dan kartu kredit. Kredit korporasi naik 1,0 persen YoY menjadi Rp 260,4 triliun pada Juni 2021. Di periode yang sama, KPR juga meningkat 2,9 persen menjadi Rp 93,6 triliun sebagai hasil dari pelaksanaan BCA Online Expoversary pada Maret 2021, dimana sebagian besar kredit tersebut dibukukan pada triwulan kedua tahun ini.

Saldo outstanding kartu kredit juga berhasil mencatatkan rebound, naik 4,5 persen YoY menjadi Rp 14,0 triliun. Kredit komersial dan UKM terkoreksi 1,0 persen YoY menjadi Rp 182,8 triliun, dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas bisnis. Sementara itu, KKB turun 13,4 persen YoY menjadi Rp 36,8 triliun.

Kinerja dana pihak ketiga disebut tetap kokoh, dimana CASA naik 21,0 persen YoY menjadi Rp 697,1 triliun. Deposito berjangka meningkat 6,8 persen YoY mencapai Rp 198,2 triliun. Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 17,5 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 895,2 triliun, sehingga mendorong total aset naik 15,8 persen YoY menjadi Rp 1.129,5 triliun pada akhir Juni 2021.

Permodalan BCA tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,3 persen, lebih tinggi dari ketentuan regulator, serta kondisi likuiditas yang memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4 persen. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga sebesar 2,4 persen didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya