Secangkir Kopi Harga Rp 724 Ribu Terbuat dari Kotoran Gajah, Berani Coba?

Bagaimana jika secangkir kopi senilai USD 50 (Rp 724 ribu) dibuat dari kotoran gajah?

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2021, 21:00 WIB
Biji Kopi
Ilustrasi Foto Biji Kopi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bagaimana jika secangkir kopi senilai USD 50 (Rp 724 ribu) dibuat dari kotoran gajah? Apakah Anda berani untuk mencobanya?

Melansir dari Times of India, Sabtu (24/7/2021), kopi kotoran gajah menjadi kopi terlangka dan termahal di dunia. Anda harus mengeluarkan uang sebesar USD 2.000 (Rp 29 juta) untuk satu kg kopi.

Kopi ini diproduksi oleh Black Ivory Coffee Company Ltd, di Provinsi Surin, Thailand. Saat ini, kopi sudah dijual di hotel bintang lima tertentu.

Proses ekstraksi menjadi penyebab tingginya harga kopi karena difermentasi secara alami oleh gajah. Biji kopi yang masih mentah dipilih oleh penduduk desa. Kemudian, biji kopi tersebut dijemur dan disiapkan ke dalam makanan gajah dengan campuran nasi, pisang, dan air buah.

Setelah 15-17 jam dari waktu terakhir gajah menghabiskan makanannya, mereka akan buang air besar. Biji kopi yang difermentasi akan diekstraksi, dibersihkan, dan diproses secara manual.

Menurut Golden Triangle Asian Elephant Foundation di Chiang Saen, gajah yang melakukan fermentasi pada kopi dan mengonsumsi campuran makanan khusus tidak berdampak negatif pada kesehatannya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa menikmati kopi kotoran gajah mungkin akan terdengar menjijikan. Namun, bagi para pecinta kopi yang sudah mencobanya menganggap kopi tersebut memiliki rasa yang khas seperti kacang panggang dengan campuran cokelat.

Harga yang ditawarkan dianggap sepadan dengan cita rasa kopi. 

Reporter: Shania

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Indonesia Duduki Peringkat ke-2 Pengekspor Kopi Dunia

Menggunakan Perasan Air Lemon dan Bubuk Kopi
Ilustrasi Kopi Credit: pexels.com/Victoria

Produksi kopi Indonesia tahun 2020 angka sementara 753.491 ton dari luas areal 1.242.748 ha dengan produktivitas 806 kg/ha. Tahun 2019 angka tetap produksi 752.511 ton dengan luas areal 1.245.358 ha dan produktivitas 803 kg/ha.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian Dedi Junaedi menyatakan, produksi kopi Indonesia 72 persen robusta, 27 persen arabika dan 1 persen liberika. Volume ekspor tahun 2020 mencapai 379.354 ton dengan nilai USD821.937.000 sedang impor volume 15.693 ton nilai USD36.365.545.

BACA JUGA

Windy Cantika Raih Medali Olimpiade Tokyo 2020, Erick Thohir Sanjung Pembinaan Angkat Besi  "Selama 13 tahun terakhir (2008-2020) volume ekspor mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan rata-rata 4,5 persen/tahun sedang laju pertumbuhan 10 tahun terakhir 2,01 persen. Rata-rata laju volume impor kopi 44,35 persen. Laju pertumbuhan nilai ekspor kopi selama 2008-2020 turun 0,03 persen dibanding nilai impor kopi meningkat 33,87 persen," kata Dedi kepada wartawan, Jumat (9/7/2021).

Laju pertumbuhan konsumsi kopi dunia tahun 2014-2020 adalah 1,91 persen sedang laju pertumbuhan produksi kopi dunia 2,9 persen. Produsen utama kopi dunia tahun 2020 adalah Brazil 4.140.000 ton atau 39 persen dari total produksi kopi dunia, Vietnam 1.740.000 ton(17 persen), Kolombia 858.000 ton (8 persen), Indonesia 744.000 ton (7 persen), Ethiopia 442.500 ton (4 persen), Honduras 366.000 ton (4 persen), India 342.000 ton (3 persen), Uganda 337.000 ton (3 persen), Meksiko 240.000 ton (2 persen), Peru 228.000 ton (2 persen).

Konsumsi kopi dunia paling besar adalah Uni Eropa 2.415.060 ton atau 24 persen dari total konsumi kopi dunia, Amerika Serikat 1.618.920 ton (16 persen), Brazil 1.344.000 ton (14 persen), Jepang 443.160 ton (5 persen), Indonesia 300.000 ton (3 persen), Rusia 280.680 ton (3 persen), Kanada 240.660 ton (2 persen) dan Ethiopia 227.800 ton (2 persen).

Sedang konsumsi kopi di negara-negara eksportir adalah Brazil 1.344.000 ton atau 52 persen total konsumsi negara-negara eksportir, Indonesia 300.000 ton (11 persen), Ethiopia 227.880 ton (9 persen), Filipina 198.720 ton (8 persen), Vietnam 162.000 ton (6 persen), Meksiko 145.200 ton (6 persen), Kolombia 122.700 ton (5 persen), India 89.100 ton (3 persen).

"Tantangan pengembangan kopi adalah adanya black campaign meliputi isu-isu lingkungan, sustainability, HAM, kesehatan, persaingan komoditas, tuntutan mutu dan labeliing. Alat mesin masih terbatas upaya mengatasinya adalah n fasilitasi alat pasca panen dan pengolahan untuk nilai tambah; pembangunan infrastruktur dan penerapan Good Handling Practise," jelas Dedi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya