Konsumsi Rumah Tangga Jadi Senjata Indonesia Keluar dari Resesi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2021 tumbuh 5,93 persen

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 05 Agu 2021, 15:20 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2021, 15:20 WIB
FOTO: Geliat Pasar Grosir ITC Kembali Buka di Masa PPKM Level 4
Pengunjung berbelanja di ITC Cempaka Mas, Jakarta, Rabu (4/8/2021). Untuk toko kebutuhan non esensial beroperasi mulai pukul 10.00 WIB-15.00 WIB, sedangkan kategori esensial dan kritikal hingga pukul 17.00 WIB. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2021 tumbuh 5,93 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Kenaikan tersebut sangat berperan dalam membuat Indonesia lepas dari fase resesi di triwulan kedua tahun ini dengan angka pertumbuhan ekonomi 7,07 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, konsumsi rumah tangga naik berkat nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 104,42, naik dari kuartal I 2021 sebesar 82,14.

"Dilihat dari IKK sebesar 104,42, konsumen meyakini bahwa ekonomi membaik di triwulan II 2021," ujar Margo dalam sesi teleconference, Kamis (5/8/2021).

Selain itu, Margo menyebutkan, indikator penting lain dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yakni angka penjualan eceran tumbuh sebesar 11,62 persen. Penguatan terjadi pada kelompok penjualan sepertu makanan, minuman, dan tembakau, sandang, suku cadang dan aksesoris, hingga bahan bakar kendaraan.

Kemudian, penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor masing-masing tumbuh sebesar 904,32 persen dan 268,64 persen. Jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara masing-masing juga tumbuh sebesar 114,18 persen, 173,56 persen, dan 456,51 persen.

Lebih lanjut, Margo memaparkan, konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang sebesar 7,07 persen. Dalam hal ini, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengambil per 3,17 persen.

Diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 2,30 persen, net ekspor 0,98 persen, hingga konsumsi pemerintah 0,61 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara YoY kalau dilihat dari sisi pengeluaran, maka sebagai sumber utama pertumbuhan pada triwulan II 2021 ini adalah berasal dari konsumsi rumah tangga. Karena dari situ pertumbuhannya tertinggi sebesar 3,17 persen," tuturnya.

Tertinggi Sejak SBY

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2021 tumbuh tercatat sebesar 7,07 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan ini menjadi tertinggi sejak kuartal IV tahun 2004.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono menyatakan, pertumbuhan yang positif dikuartal II-2021 ini menjadi tertinggi sejak era Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Di mana pada kuartal IV saat itu hanya mencapai 6,65 persen secara yoy.

"Ini tertinggi sejak kuartal IV-2004," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/8).

Jika dilihat secara kumulatif yakni Januari-Juni pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 ini tercatat tumbuh 3,10 persen. Pertumbuhan ini meningkat jika dibandingkan periode sama 2020 yang tercatat kontraksi minus 1,26 persen.

"Secara kumulatif (Januari-Juni) tumbuh 3,10 persen," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya