Bantu Usaha Mikro Bisa Naik Kelas, Kadin Belajar dari Malaysia hingga Arab Saudi

Kadin Indonesia akan melakukan beberapa intervensi melalui program-program yang akan dijalankan untuk membantu usaha mikro naik kelas.

oleh Arief Rahman H diperbarui 21 Sep 2021, 14:10 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2021, 14:10 WIB
Calon Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid saat menyambangi Sulawesi Tenggara, Minggu (9/5/2021).(Dok. Kadin Sulawesi Tenggara)
Calon Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid saat menyambangi Sulawesi Tenggara, Minggu (9/5/2021).(Dok. Kadin Sulawesi Tenggara)

Liputan6.com, Jakarta -a Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan melakukan beberapa intervensi melalui program-program yang akan dijalankan. Tujuannya, guna bisa mengangkat kelas dari usaha mikro ke menengah, dan menengah ke atas.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, salah satu upayanya adalah dengan memberikan akses pembiayaan yang mudah bagi pelaku UMKM. Dengan demikian, UMKM bisa beralih dari sektor informal dan masuk ke sektor formal.

“Bagaimana nanti kedepan kita KADIN sedang menyiapkan program-program, kita akan lakukan intervensi, inter bantu pengusaha mikro dan kecil, bagaimana membuat pengusaha mikro naik kelas,” katanya dalam Dialog Ekonomi Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia, Selasa (21/9/2021).

Guna mendukung rencananya tersebut, Arsjad mengatakan saat ini pihaknya sedang meninjau program-program pendukung UMKM di negara-negara lain. Misalnya, Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi yang telah lebih dulu melakukan stimulus kepada UMKM agar pelaku usahanya bisa naik kelas.

“Jadi nanti kita pertimbangkan, mana sekiranya program yang bisa kita adaptasi dan dijalankan di Indonesia,” katanya.

Selain itu, ia juga mengatakan, sebagai bentuk dukungan untuk meningkatkan peran UMKM di Indonesia, Kementerian Investasi juga telah mulai menyeleksi investasi yang masuk ke tanah air untuk bisa menggaet mitra lokal.

“Tiap investasi yang masuk akan ditanya soal siapa partner lokalnya, Apa kontribusi UMKM-nya. Ini harus kita dorong ini, bahwa UMKM bisa jadi product chain,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kurangi Gap Antar Pengusaha

Ketua Umum Kadin Indonesia 2021-2026 Arsjad Rasjid.
Ketua Umum Kadin Indonesia 2021-2026 Arsjad Rasjid.

Lebih lanjut, Arsjad menyampaikan, harapannya kedepan langkah-langkah serupa tersebut bisa mempersempit gap antara pengusaha besar dan pengusaha kecil.

“Salah satunya yang terbaru adalah upaya dengan kerjasama antara Kadin dan Kementerian Investasi, ini adalah opportunity sangat besar,” katanya.

Ia melihat potensi investasi masuk ke Indonesia sangat besar, pasalnya Indonesia memiliki banyak cadangan mineral yang bisa dimanfaatkan kedepannya. Apalagi didorong dengan konsep-konsep keberlanjutan dan ramah lingkungan.

“Ini menjadi opportunity bersamaan dengan desentralisasi ekonomi Indonesia. Dan juga membuat teman-teman pengusaha daerah untuk bisa menaikkan dan ikut ambil bagian terhadap produk ataupun supply chain di Indonesia,” katanya,

Lebih jauh, ia mengingatkan peran kolaborasi dalam pelaksanaan rencana programnya tersebut. Salah satunya ia juga meminta peran Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia untuk ambil bagian mendorong upaya penurunan angka kemiskinan ini.

Sebelumnya, pada kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP HIPPI, Suryani SF Motik mengatakan bahwa Covid-19 banyak berdampak pada sektor usaha, termasuk UMKM. Ia menilai ukuran kemajuan masyarakat dihitung dari besaran banyaknya dana yang dikeluarkan masyarakat.

Sementara, Covid-19 memaksa banyak orang untuk menahan uangnya untuk kepentingan lain. Sehingga, roda ekonomi menjadi sedikit terhambat. Ia tak memungkiri hal ini bagian dari dampak pandemi di Indonesia.

“Menurut Jurnal ekonomi bisnis, pada November 2020, survei UMKM sebelum covid-19 itu menghasilkan 92,7 persen menyatakan kondisinya sangat baik, dan 6,3 persen biasa, 1 persen buruk. Namun saat ini, data terakhir, 14,1 persen yang menyatakan baik, dan hampir 60 persen kondisinya sangat buruk setelah pandemi,” katanya.

Kendati begitu, itu baru dampak yang dirasakan pada pelaku UMKM setelah menghadapi gelombang pertama Covid-19 di Indonesia, ia menaksir ada kondisi yang lebih buruk akibat dampak covid-19 gelombang kedua saat ini.

“Hanya 1 persen dari pengusaha yang malah naik. Dan ini sektornya IT atau sektor kesehatan yang di indonesia belum banyak,” katanya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya