Peneliti Ungkap Masalah Serius saat Wanita Merasa Sangat Lelah Akibat Bekerja

Wanita ditemukan paling merasa kelelahan dalam bekerja, hal tersebut dinilai menjadi sebuah masalah.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2021, 06:00 WIB
Kemampuan Bekerjasama
Ilustrasi Bekerja di Kantor Credit: pexels.com/Christina

Liputan6.com, Jakarta Lingkungan kerja selama di rumah saja menjadi hal yang baru dalam satu tahun terakhir ini. Perubahan tersebut mendorong setiap orang harus bisa beradaptasi sekaligus mengatasi kelelahan yang berlebih.

Mengacu pada pandemi global yang juga dirasakan banyak perusahaan di Amerika, ditemukan ternyata banyak wanita merasa kelelahan selama bekerja. Jumlah pekerja wanita yang merasa kelelahan pun semakin meningkat.

Menurut laporan McKinsey & Company bersama Leanln.org mengatakan representasi perempuan meningkat sebagian besar di perusahaan-perusahaan pada 2020.

Laporan tersebut telah melibatkan lebih dari 65 ribi karyawan dari 423 organisasi yang bersedia untuk berpartisipasi.

Sementara itu, perempuan selama ini masih kurang terwakilkan di antara peran kepemimpinan. Masalah hal ini ada karena kondisi lingkungan kerja lebih berfokus pada perbedaan warna kulit yang memberikan label/stigma tertentu pada pekerja bukan kulit putih.

“Seiring perusahaan yang terus mengelola tantangan pandemi, mereka juga berupaya membangun tempat kerja yang setara untuk di masa depan,” demikian yang tertulis dalam laporan tersebut.

Fokus dari prioritas utama yang akan dilakukan perusahaan antara lain, memajukan semua aspek keragaman dan inklusi dan mengatasi peningkatan kelelahan dari semua karyawan, terutama wanita yang mengalami banyak masalah tersebut.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Representasi yang Masih Kurang

Bekerja
Ilustrasi Pemecatan Karyawan Credit: pexels.com/Anna

Laporan menemukan bahwa dalam lima tahun terakhir, perempuan dalam menjalankan perannya masih kurang terwakilkan, misalnya posisi manajer, wakil presiden, dan wakil presiden senior.

Pada dasarnya jumlah perempuan yang naik jabatan memang banyak, tetapi tidak semuanya terwakili di semua tingkatan.

Pada awal 2021, ditemukan 41 persen posisi manajer ditempati oleh perempuan. Hasil ini mengalami kenaikan dari 2016 yang sebelumnya hanya 37 persen. Namun, untuk wanita yang memiliki kulit berwarna hanya mewakili 12 persen manajer tahun ini.

Selanjutnya, untuk posisi wakil presiden senior sebesar 27 persen yang sebelumnya sebesar 24 persen pada 2016. Namun, untuk wanita kulit berwarna hanya sebesar 5 persen dalam menduduki jabatan tersebut.

“Keuntungan dalam representasi bagi perempuan secara keseluruhan belum diterjemahkan ke keuntungan bagi perempuan kulit berwarna,” demikian yang dipaparkan dalam laporan, melansir CNN, Jumat (17/12/2021).

Menurut CEO Leanln.org Rachel Thomas, wanita kulit berwarna semakin dikaburkan langkah/keputusannya di dunia kerja. Peluang tersebut sangat minim bagi mereka dibanding wanita kulit putih.

Alasan ini sejalan dengan penemuan dari laporan yang dilakukan yaitu wanita kulit berwarna menghadapi tingkat agresi mikro yang lebih tinggi di tempat kerja sehingga dapat merusak pertumbuhan karir mereka dan menyebabkan kelelahan.

 

 


Kelelahan Adalah Masalah Serius

Ilustrasi bekerja, bercanda bersama teman di kantor
Ilustrasi bekerja, bercanda bersama teman di kantor. (Photo by CoWomen on Unsplash)

Kejenuhan dalam bekerja meningkat selama pandemi muncul. Hal ini sangat berdampak buruk pada wanita karena selalu menjadi bahan pertimbangan untuk mengurangi jumlah tenaga mereka di perusahaan.

Wanita yang melakukan survei terdapat 42 persen dari keseluruhan mengatakan sering atau hampir selalu kelelahan dibandingkan dengan 35 persen pria. Sementara itu, tahun lalu, 2020, 32 persen wanita melaporkan hal yang sama dengan 28 persen pria.

Adapun hal yang lebih mengkhawatirkan adalah ditemukan satu dari tiga wanita telah mempertimbangkan untuk meninggalkan karier dan perusahaan mereka karena merasa kelelahan. Angka tersebut naik dari yang sebelumnya hanya satu dari empat orang saja di awal pandemi.

Wanita yang bertanggung jawab untuk mengelola tim bahkan memiliki tingkat kelelahan yang lebih tinggi, dengan lebih dari 50 persen manajer wanita yang disurvei melaporkan bahwa mereka sering atau hampir selalu kelelahan.

Lingkungan kerja yang tidak memadai dalam menerima keberadaan perempuan membuat mereka sulit untuk menaiki tangga jabatan di perusahaan, meskipun mereka mampu untuk menggapai dan menaikinya.

Berdasarkan laporan, setiap 100 pria mendapatkan promosi untuk menjabat sebagai manajer, sementara hanya 86 wanita saja yang dipromosikan.

“Ini mungkin menjelaskan alasan representasi perempuan di tingkat manajer senior, direktur, dan wakil presiden telah meningkat lebih lambat dibandingkan diakumulasi secara keseluruhan," kata laporan itu.

 

Reporter: Caroline Saskia

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya