Program Rastra Diganti, Dirut Bulog Bingung Salurkan Cadangan Beras

Dihapusnya program Rastra membuat Bulog kehilangan pasar 2,6 juta ton per tahun.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2021, 17:20 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2021, 17:20 WIB
Buwas Bahas Anggaran dan Kinerja Bulog Bersama DPR
Dirut Perum Bulog Budi Waseso saat rapat kerja bersama Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (20/6/2019). Rapat membahas RKA Kementerian dan Lembaga Tahun 2020, evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan I dan kinerja Bulog selama tahun 2018. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso menjelaskan, pasar utama penyaluran beras Bulog yakni program Program Beras untuk Keluarga Sejahtera (Program Rastra) telah diganti. Hal ini membuat penggunaan cadangan beras pemerintah (CBP) semakin tidak jelas.

Dalam program Rastra ini, Bulog menyalurkan cadangan beras kepada masyarakat yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun program ini telah diganti dengan penyaluran uang tunai. Akibatnya cadangan beras tidak berkurang. 

"Penggunaan CBP ini makin tidak jelas karena programnya sudah beralih dari bansos renstra ini tidak ada. Kalau sekarang ini semua ada di Kementerian Sosial," kata Budi Waseso di Ombudsman RI, Jakarta, Senin (18/10/2021).

Dihapusnya program tersebut membuat Bulog kehilangan pasar 2,6 juta ton per tahun.

"Persoalannya karena begitu program Mensos rastra jadi BLT dan paket sembako maka CBP ini berhenti. Pasarnya Bulog hilang 2,6 juta ton setahun," ungkap Buwas sapaan akrab dari Budi Waseso.

Hal ini pun menjadi dilema bagi Perum Bulog dalam hal pengelolaan CBP. Pemerintah meminta agar Perum Bulog menyerap hasil panen petani hingga 1 juta ton sampai 1,5 juta ton per tahun.

Sementara kebutuhan beras untuk antisipasi bencana alam dan KPHS maksimal hanya 850 ribu ton. Di sisi lain pasar penyaluran beras yang dibeli sudah berkurang banyak dan penugasan tersebut tidak bisa ditolak.

"Itu sebabnya kalau kita mau stok CBP 1,5 juta ton saja pasti berlebihan, walaupun perintah negara kita harus siap serap 1,5 juta ton.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bulog Sudah Serap 1 Juta Ton Beras Petani Lokal

Buwas Bahas Anggaran dan Kinerja Bulog Bersama DPR
Dirut Perum Bulog Budi Waseso saat rapat kerja bersama Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (20/6/2019). Rapat membahas RKA Kementerian dan Lembaga Tahun 2020, evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan I dan kinerja Bulog selama tahun 2018. (Liputan6.com/JohanTallo)
Musim Kemarau, Harga Gabah Petani Alami Kenaikan
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Perum Bulog telah melakukan pembelian beras mencapai 1 juta ton dengan melibatkan kelompok tani/gapoktan, penggilingan dan berbagai stakeholder lainnya per tanggal 22 September 2021.

Hal ini merupakan bentuk konsistensi perseroan untuk melaksanakan salah tugasnya sesuai Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2015 mengamankan harga gabah beras di tingkat petani dengan menyerap beras petani dalam negeri selama masa pandemi Covid-19.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal mengatakan realisasi pengadaan beras dalam negeri per hari ini mencapai 1.003.088 ton yang tersebar di semua wilayah kerja Perum Bulog seluruh Indonesia.

Ini merupakan hasil kerja keras seluruh jaringan Bulog di seluruh Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

"Keberhasilan kita dalam melakukan penyerapan beras dalam negeri ini merupakan kerja keras Satuan Kerja Pengadaan (Satker ADA) Perum BULOG dan komitmen Mitra Kerja yang tidak henti-hentinya menyerap beras di tingkat petani. Tercatat dari awal tahun 2021 hingga per hari ini beras dalam negeri sudah terserap sebanyak 177 ribu ton setara beras oleh Satker ADA dan penyerapan yang dilakukan oleh Mitra Kerja Binaan (Koperasi dan Non Koperasi) sebanyak 826 ribu ton," ujar Awaludin Iqbal dalam pernyataannya, Rabu (22/9).

Menurut Iqbal, penyerapan beras dalam negeri ini sangat membantu petani Indonesia yang kesulitan menjual beras mereka selama pandemi Covid-19. Tak hanya itu, penyerapan ini juga diyakini berdampak pada stabilisasi harga di tingkat petani.

"Selain untuk memupuk stok sebagai cadangan beras pemerintah, kegiatan penyerapan gabah/beras petani dalam negeri ini juga menggerakkan perekonomian di tingkat petani sehingga dapat memulihkan roda perekonomian sesuai dengan arahan Bapak Presiden Jokowi selama pandemi Covid-19 ini," bebernya.

Awaludin Iqbal juga menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja keras karyawan BULOG yang bekerja siang dan malam dengan pola “shifting” atau piket yang terkelola dengan baik di tengah situasi pandemi Covid-19. Sehingga kegiatan operasional di Perum Bulog termasuk kegiatan penyerapan gabah/beras dalam negeri tetap terlaksana dengan baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya