Ingin Jadi Poros Maritim Global, Menhub Minta Pelaut Indonesia Mendunia

Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak melahirkan pelaut

oleh Arief Rahman H diperbarui 24 Nov 2021, 16:20 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2021, 16:20 WIB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat menjadi inspektur upacara
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat menjadi inspektur upacara (dok: Kemenhub)

Liputan6.com, Jakarta Revitalisasi pendidikan kepelautan di Indonesia yang sudah dilakukan selama 1 (satu) abad lebih, diharapkan menjadi momentum bagi Kementerian Perhubungan untuk meningkatkan kualitas SDM kepelautan, yang kompetensinya diakui dunia internasional.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat menjadi inspektur upacara “Perayaan 1 (Satu) Abad Revitalisasi Pendidikan Kepelautan di Indonesia” yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan, di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta, Rabu (24/11/2021).

Dalam kegiatan yang mengusung tema “Bergerak Harmonikan Indonesia Menyongsong Indonesia Emas 2045”, Menhub mengatakan, dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki 17 ribu lebih pulau, Indonesia termasuk dalam negara penghasil pelaut terbesar di dunia.

“Kita memiliki visi menjadikan bangsa Indonesia sebagai poros maritim dunia. Oleh karena itu, pendidikan kepelautan dan pelayaran memegang peranan penting dalam menciptakan SDM yang unggul,” kata Menhub.

Menhub menuturkan, sejumlah capaian yang telah diraih hingga saat ini, dalam upaya meningkatkan kualitas SDM sektor transportasi laut diantaranya yaitu: membangun 10 Perguruan Tinggi Vokasi Pelayaran dan dua Balai Diklat Pelayaran dibawah Kemenhub, 18 Sekolah Tinggi dan Akademi di luar Kemenhub atau swasta, serta 34 SMK Pelayaran Negeri dan Swasta.

Capaian selanjutnya yaitu, dari perguruan tinggi pelayaran yang ada di Indonesia, menurut data, pada awal kuartal tahun 2021, sebanyak 1,2 juta lebih pelaut telah berlayar di dalam dan luar negeri. Dari jumlah tersebut, sekitar 28,5 persen nya atau sekitar 350 ribu lebih, telah bekerja pada perusahaan pelayaran asing yang mengisi berbagai posisi mulai dari rating sampai dengan Chief Engineer dan Captain.

Lebih lanjut Menhub mengungkapkan, secara konsisten menjalin kerja sama dengan sejumlah negara sahabat, guna meningkatkan kualitas SDM kepelautan.

“Para Duta Besar juga sering memberikan kuliah umum atau sharing session kepada para taruna-taruni,” ujar Menhub.

Pada acara perayaan kali ini, turut dihadiri sejumlah Duta Besar dari sejumlah negara, diantaranya: Duta Besar Bahrain Ahmed Abdulla Al Harmasi Al Hajeri, Dubes Palestina Dr. Zuhair S.M. Alshun, dan Dubes Venezuela Radames Jesus Gomez Azuaje dan Wakil Dubes Iran Mahdi Rounagh.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pendidikan Pelaut di Indonesia

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengapresiasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang telah meluncurkan aplikasi “Charge.In”.  (Foto: Kemenhub)
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengapresiasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang telah meluncurkan aplikasi “Charge.In”. (Foto: Kemenhub)

Perkembangan pendidikan kepelautan di Indonesia telah dimulai sejak zaman kerajaan, diawali pada masa kerajaan tertua di Nusantara, yaitu sejak Kerajaan Kutai pada tahun 400 Masehi. Kemudian dilanjutkan pada abad ke-13 melalui Kerajaan Samudera Pasai di Kota Lhokseumawe, Aceh. Dan dilanjutkan kembali pada awal abad ke-16 di Sulawesi Selatan melalui Kerajaan Gowa dan Tallo, atau lebih dikenal dengan Kerajaan Makassar.

Selanjutnya pada tahun 1915, Belanda yang pada saat itu berkuasa di Indonesia mendirikan sekolah kepelautan di Makassar yang diberi nama“Kweekschool voor Inlandsche Schepelingente Makassar (Sekolah Kejuruan untuk Awak Kapal Pribumi di Makassar)”, yang pada Agustus 1946 berganti nama menjadi “Opleiding Scheepvaartschool Celebes untuk tingkat rendah dan Middelbare Zeevaart School untuk tingkat menengah”. Kemudian pada tahun 1950 berganti nama menjadi Sekolah Latihan Penyeberangan Laut Sulawesi (SLPS) dengan dua jurusan yaitu Nautika dan Teknika.

Pada Tahun 1953, didirikan Pendidikan pelayaran dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) yang menyelenggarakan Program Diploma III (setara dengan BSc), dengan 2 jurusan Nautika dan Teknika (sertifikat kompetensi Klas III). Pada tanggal 27 februari 1957, AIP diresmikan oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno dan menjadi Akademi Pelayaran Pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Gunung Sahari, Mangga Dua Ancol, Jakarta Utara.

Pendidikan kepelautan saat ini semakin berkembang dengan pesat. Pemenuhan terhadap standar pendidikan nasional maupun standar pendidikan pelayaran internasional senantiasa menjadi fokus dari lembaga-lembaga pendidikan pelayaran.

Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota International Maritime Organization (IMO) pada 18 Januari 1961 dan menjadi Anggota Dewan IMO kategori C, serta dengan meratifikasi 26 konvensi IMO, termasuk konvensi dalam bidang kepelautan, Indonesia menjadi terikat untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan dunia internasional di bidang pelayaran.

Acara perayaan ini diselenggarakan secara bersamaan di dua tempat, di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran dan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Peserta upacara terdiri dari taruna taruni dari sekolah kedinasan Kementerian Perhubungan diantaranya Poltekpel Surabaya, Poltekpel Banten, PIP Makassar, Poltekpel Sumbar, BP3IP, BP2TL.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Plt. Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Capt. Antoni Arif Priadi, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Polana B. Pramesti, serta Pejabat TNI & POLRI serta Kementerian/Lembaga terkait.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya