Harga Minyak Bergerak Variatif Dipicu Kekhawatiran Omicron

Harga minyak Brent berjangka naik 21 sen atau 0,3 persen dan menetap di USD 69,88 per barel.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Des 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 04 Des 2021, 07:30 WIB
Harga Minyak Jatuh Gara-gara Yunani
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah bergerak variatif pada perdagangan Jumat setelah menghapus kenaikan besar sebelumnya di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa lonjakan kasus Covid-10 dan varian Omicron dapat mengurangi permintaan minyak global.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (4/12/2021), harga minyak Brent berjangka naik 21 sen atau 0,3 persen dan menetap di USD 69,88 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 24 sen atau 0,4 persen lebih rendah ke level USD 66,26.

Kedua harga patokan minyak dunia tersebut turun selama enam minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak November 2018, dan keduanya tetap berada di wilayah oversold secara teknis untuk hari keenam berturut-turut untuk pertama kalinya sejak September 2020.

"Banyak faktor yang harus disalahkan atas kemunduran besar dalam energi," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, New York, Bob Yawger.

Dia mencatat kasus virus corona meningkat, laporan pekerjaan AS mengecewakan dan OPEC+ terjebak dengan rencananya untuk meningkatkan produksi pada bulan Januari.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mengejutkan pasar pada hari Kamis ketika tetap pada rencananya untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari (bph) pada Januari.

Tetapi OPEC+ membiarkan pintu terbuka untuk mengubah kebijakan dengan cepat jika permintaan menderita dari langkah-langkah untuk menahan penyebaran Covid-19 varian Omicron. Mereka mengatakan mereka bisa bertemu lagi sebelum pertemuan dijadwalkan berikutnya pada 4 Januari.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Setelah dibuka lebih tinggi, Wall Street juga berbalik arah dengan Nasdaq jatuh lebih dari 2 persen karena data pekerjaan, dan ketidakpastian di sekitar varian Omicron dan jalur pengetatan kebijakan Federal Reserve.

Pertumbuhan lapangan kerja AS melambat secara signifikan pada November di tengah hilangnya pekerjaan di sekor ritel dan dalam pendidikan pemerintah daerah.

Sementara itu, pengebor AS mempertahankan jumlah rig minyak tidak berubah minggu ini, setelah sebelumnya menambahkan rig selama lima minggu berturut-turut ke level tertinggi sejak April 2020, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Secara terpisah, pasar global seharusnya tidak mengharapkan lebih banyak minyak dari Iran dalam waktu dekat.

Pembicaraan tidak langsung AS-Iran tentang menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015 tertatih-tatih di ambang krisis pada hari Jumat ketika mereka berhenti sampai minggu depan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya