Liputan6.com, Jakarta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan, stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dalam kondisi normal hingga memasuki akhir kuartal IV-2021. Ini seiring dengan terjaganya tren penurunan kasus Covid-19 di Indonesia yang membuat aktivitas ekonomi kembali normal.
"Pemulihan ekonomi nasional berlanjut, didukung oleh perkembangan pandemi Covid-19 yang terkendali dan mulai pulihnya aktivitas masyarakat," ujar Ketua KSSK Sri Mulyani dalam saat konferensi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (2/2)
Baca Juga
Dia menyampaikan, perkembangan kasus harian Covid-19 yang rendah pada triwulan IV-2021 mendorong pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sehingga, mendukung berlanjutnya pemulihan aktivitas ekonomi.
Advertisement
Kondisi ini tercermin pada perkembangan indikator dini hingga Desember 2021, antara lain mobilitas masyarakat yang melampaui level prapandemi, keyakinan konsumen yang kuat, penjualan eceran yang meningkat.
Selain itu, Purchasing Managers’ Index atau PMI manufaktur yang bertahan di zona ekspansif, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis yang meningkat, serta kinerja positif penjualan kendaraan bermotor dan semen hingga memasuki akhir kuartal IV-2021.
"Laju inflasi tetap rendah dengan IHK 2021 di level 1,87 persen secara year on year (yoy), di bawah kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen," imbuhnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Surplus Neraca Perdagangan
Kemudian, surplus neraca perdagangan berlanjut di Desember 2021 dan secara akumulatif di tahun 2021 mencapai USD35,34 miliar.
Cadangan devisa berada pada level USD144,9 miliar, atau setara 8 bulan impor barang dan jasa. "Perkembangan tersebut turut ditopang oleh berlanjutnya perbaikan ekonomi global dengan PMI, keyakinan konsumen, dan penjualan ritel yang tetap kuat," ungkapnya.
Namun demikian, terdapat potensi risiko yang perlu diwaspadai, baik dari sisi domestik maupun global. Potensi risiko dari sisi domestik terutama terkait kenaikan kasus Covid-19, termasuk varian Omicron.
Sementara potensi risiko global antara lain, gangguan rantai pasok di tengah kenaikan permintaan yang mendorong peningkatan tekanan inflasi terutama akibat kenaikan harga energi.
Lalu, berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan dengan percepatan kebijakan normalisasi the Fed dalam merespons tekanan inflasi AS yang meningkat sebesar 7,0 persen secara year on (yoy) pada Desember 2021, hingga peningkatan tensi geopolitik di kawasan Baltik.
Â
Advertisement