Bangun Pembangkit EBT 587 GW, Indonesia Butuh Rp 16.889 Triliun

Dibutuhkan investasi hingga mencapai USD 1,177 triliun, atau sekitar Rp 16.889,95 triliun untuk membangun 587 GW pembangkit EBT di 2060.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 09 Feb 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2022, 19:00 WIB
Peluang Investasi EBT di Indonesia Semakin Terbuka Lebar
Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 12 Tahun 2017 membuat peluang investari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) semakin terbuka lebar.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah merancang roadmap agar Indonesia bisa tembus target net zero emission pada 2060. Salah satunya dengan membangun pembangkit listrik dengan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 587 GW.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia membutuhkan investasi yang sangat besar untuk menggapai target tersebut.

Menurut perhitungannya, dibutuhkan investasi hingga mencapai USD 1,177 triliun, atau sekitar Rp 16.889,95 triliun untuk membangun 587 GW pembangkit EBT di 2060.

"Nilai itu sekitar USD 29 miliar per tahun (atau setara Rp 416,15 triliun)," ujar Arifin dalam Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2/2022).

Arifin merinci, kebutuhan dana Rp 16.889 triliun tersebut terdiri atas investasi untuk pembangkit sebesar USD 1,042 triliun (Rp 14.952 triliun), dan pembangunan transmisi sebesar USD 135 miliar (Rp 1.937 triliun).

 

 

Program EBT di 2060

Ilustrasi energi bersih dan terbarukan
Ilustrasi (iStock)

Guna mendukung program EBT di 2060 ini, pemerintah juga akan mengembangkan jaringan listrik antar pulau di Indonesia melalui smart grid system atau smart grid technology.

"Kami berharap dapat menarik investor untuk bergabung dengan proyek di Indonesia ini. Secara target kita cukup ambisius untuk diimplementasikan, tapi bagaimanapun kita harus melakukannya," tegas Arifin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya