Sri Mulyani: PDB Riil Indonesia Sudah Kembali di Level Sebelum Pandemi

Produk Domestik Bruto (PDB) riil Indonesia pada 2021 sudah berada di level sebelum terjadi pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Feb 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2022, 12:00 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Riil Indonesia pada 2021 sudah berada di level sebelum terjadi pandemi Covid-19. Di mana posisi PDB Riil berada di 101,5 level, di atas sebelum pandemi yakni 100.

"Kami melihat Indonesia sudah capai precovid level sisi GDP, dilihat GDP di Indo 101,5 artinya sudah di atas. 100 itu precovid 2019, dan kita sekarang 101,5 dari GDP level," kata dia dalam acara BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis (10/2).

Bendahara Negara itu menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia semakin kuat dan berlangsung merata yang didukung oleh meningkatnya sisi permintaan dan suplai. Ditambah realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu juga sudah sesuai dengan proyeksi pemerintah, dengan realisasi kinerja ekonomi sepanjang tahun tercatat 3,69 persen (yoy) dengan pertumbuhan di kuartal IV mencapai 5,02 persen.

Dengan seluruh komponen tumbuh positif, seperti konsumsi rumah tangga sepanjang tahun lalu tumbuh 2 persen yang semula kontraksi 2,6 persen. Selanjutnya sisi investasi mulai pulih menjadi 3,8 persen yang tadinya kontraksi hingga 5 persen, begitu pula untuk kinerja ekspor mampu tumbuh hingga 24 persen yang tadinya kontraksi 8 persen dan impor tumbuh 23 persen yang sebelumnya kontraksi 16,7 persen.

“Ini recovery sisi permintaan yang merata bahkan didorong faktor eksternal pemulihan ekonomi negara maju yang sangat cepat. Sisi produksi suplai side semua sektor recover meski enggak sama yang buat kami surprise manufaktur kembali tumbuh 3,4 persen tadinya kontraksi 2,9 persen," jelasnya.

Geliat ekonomi yang mulai meningkat merupakan gambaran denyut pemulihan ekonomi yang cukup merata. Kendati begitu, dia tak menampik bahwa pandemi covid-19 yang sudah berlangsung hampir tiga tahun telah memberikan efek luka memar atau scarring effect yang berbeda diantar sektor. Oleh karena itu, pemerintah terus memformulasikan kebijakan pemulihan secara tepat dan merata.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemulihan Ekonomi

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Sri Mulyani menyebut, pemulihan ekonomi pada saat pandemi Covid-19 lebih cepat dibandingkan dengan krisis moneter terjadi pada 1997-1998. Terlebih, krisis moneter butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mengembalikan beberapa indikator ekonomi.

"Pendem ini kita pulihnya jauh lebih cepat dibandingkan waktu Asian Financial Crisis," kata Menteri Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis (10/2).

Dia mencontohkan, saat krisis 1997-1998 sektor manufaktur mengalami kontraksi sangat dalam. Bahkan butuh waktu selama tujuh tahun baru bisa kembali pulih. "Sekarang ini hanya dibutuhkan lima kuartal, bukan 5 tahun. Kemampuan kita sekarang untuk pulih (cukup baik)," katanya.

Seperti diketahui selama 2021, sektor manufaktur Indonesia berhasil tumbuh 3,4 persen, dari sebelumnya yang mengalami kontraksi atau minus 2,9 persen. Dari sisi produksi dan supplai semua indikator ekonomi selama 2021 juga mengalami laju positif.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya