Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Rupiah ditutup menguat tipis di level 14.326 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.333.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya, karena investor kembali fokus terhadap wabah Covid-19 terbaru di China. Ini menyebabkan penguncian di beberapa kota.
Baca Juga
"China kembali melaporkan ledakan kasus Covid-19. Bahkan dalam update terbaru, China mencatat 5.280 kasus infeksi baru. Ini merupakan rekor tertinggi dalam dua tahun," kata Ibrahim dalam riset harian, Jakarta, Selasa (15/3)
Advertisement
Jumlah kasus di China memang terbilang sedikit dibanding negara lain. Namun strategi nol Covid yang tak segan me-lockdown wilayah jadi tantangan bagi ekonomi China dan global. Secara total, ada 10 kota yang dikunci di gelombang baru Covid-19 saat ini.
"Sejak pandemi mewabah, mengutip Worldometers, China mencatat 116.902 total kasus dengan 4.636 kematian," katanya.
Selain itu, The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak pandemi ketika menjatuhkan keputusan kebijakannya pada hari Rabu. Investor mengharapkan kenaikan 25 basis poin pada pertemuan ini, menurut alat Fedwatch CME.
"Namun, harga telah meningkat untuk menunjukkan peluang 70 persen dari kenaikan 50 basis poin yang lebih besar pada pertemuan Mei 2022, berkat meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi," kata Ibrahim.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dari Sisi Internal Neraca Perdagangan Surplus
Sesuai ekspektasi pasar, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang dirilis BPS kembali surplus pada Februari 2022. Neraca Perdagangan Indonesia bulan lalu tercatat USD3,83 miliar. Surplus Februari naik dibanding Januari yang tercatat USD930 juta. Surplus ini didorong nilai ekspor yang lebih tinggi dibanding dengan impor.
"Melonjaknya harga komoditas internasional mendorong surplus Februari. Adapun komoditas nonmigas penyumbang surplus terbesar berasal dari bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, besi dan baja," jelas Ibrahim.
Selain itu pasar juga memantau perkembangan perekonomian Indonesia paska pulih dari Covid-19 di lihat dari berbagai indikator menunjukkan proses pemulihan ekonomi di Indonesia berjalan lebih cepat. Hal ini tercermin dari mobilitas masyarakat yang semakin normal, serta peningkatan kinerja penjualan ritel dan Indeks Keyakinan Konsumen yang tetap kuat di level optimis.
Perekonomian Indonesia juga diperkirakan akan kembali ke jalur yang lebih tinggi, didukung oleh perbaikan ekonomi global, peningkatan produktivitas domestik sebagai dampak dari reformasi struktural, termasuk percepatan reformasi digitalisasi ekonomi dan keuangan dan penguatan UMKM.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) pada tahun ini pun diperkirakan akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga akan didukung oleh stimulus kebijakan yang terus berlangsung dan pembukaan kembali sektor ekonomi. Diperkirakan, sektor ekonomi seperti manufaktur, perdagangan, infrastruktur, dan pertanian akan terus mengalami peningkatan.
Kemudian, sektor pariwisata juga akan mulai mengalami peningkatan sejalan dengan normalisasi mobilitas. Penyelenggaraan MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), diyakini menjadi salah satu kegiatan yang akan mempercepat pemulihan di sektor tersebut.
"Bagusnya data internal tidak serta merta membawa mata uang garuda menguat tajam bahkan sebaliknya sempat melemah, walaupun akhirnya menguat tipis. Mungkin pelaku pasar condong terhadap pertemuan bank sentral Amerika Serikat yang akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya," tandas Ibrahim.
Untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang 14.310 hingga 14.370 per USD.
Â
Advertisement