Menko Airlangga Tawarkan Bos Coca Cola Kembangkan Industri Kelapa di Indonesia

Menko Airlangga menyampaikan pandangannya agar Coca Cola dapat melakukan diversifikasi usaha terkait dengan pengembangan produk berbahan baku buah kelapa.

oleh Arief Rahman H diperbarui 26 Mei 2022, 08:39 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2022, 08:30 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan CEO dan Chairman the Coca Cola Company James Quincey, di Davos-Swiss, Selasa (24/5/2022). (Sumber ekon.go.id)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan CEO dan Chairman the Coca Cola Company James Quincey, di Davos-Swiss, Selasa (24/5/2022). (Sumber ekon.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan sinyal positif. Hal ini tentu saja mendorong kepercayaan konsumen untuk melakukan kegiatan belanja. Saat ini, tercatat konsumsi masyarakat kelas menengah telah meningkat cukup signifikan. 

Potensi konsumsi masyarakat yang besar menjadi peluang yang baik bagi perusahaan swasta dalam membangun dan memasarkan produknya di Indonesia. Salah satunya adalah Coca Cola yang telah memiliki jumlah konsumen cukup besar di Indonesia.

“Indonesia merupakan pasar dan hub potensial bagi Coca Cola di regional Asia Tenggara, mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan negara dengan populasi terbanyak di kawasan Asia Tenggara,” ujar Airlangga Hartarto dalam pertemuan dengan CEO dan Chairman the Coca Cola Company James Quincey, di Davos-Swiss, dikutip pada Kamis (26/5/2022). 

Potensi pasar yang besar tersebut perlu didukung sektor lainnya. Menko Airlangga menyampaikan, saat ini Indonesia telah melakukan reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja. Tujuannya mengurangi jumlah perizinan dan memudahkan calon investor untuk membangun usahanya di Indonesia, salah satunya melalui mekanisme perizinan berusaha berbasis risiko.

Dukungan lain yang diberikan Pemerintah yaitu dengan menetapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang meliputi pergudangan, distribusi, teknologi informasi, dan sumber daya manusia, serta menawarkan insentif tax allowance untuk mendorong investasi.

Hal itu menjadikan Indonesia bukan hanya menarik dari segi pemasaran, karena demografi yang muda dan produktif, tetapi juga karena infrastruktur pendukung yang semakin siap dalam mempermudah operasional perusahaan di Indonesia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Industri Buah Kelapa

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan CEO dan Chairman the Coca Cola Company James Quincey, di Davos-Swiss, Selasa (24/5/2022). (Sumber ekon.go.id)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan CEO dan Chairman the Coca Cola Company James Quincey, di Davos-Swiss, Selasa (24/5/2022). (Sumber ekon.go.id)

Selain itu, saat ini Indonesia juga tengah melakukan transisi energi guna mendukung terciptanya industri hijau dan terpenuhinya target net zero emission pada 2060.

Salah satu implementasi dalam transisi energi dengan semakin memperluas penggunaan panel surya untuk pembangkit listrik dan sumber energi baru terbarukan lainnya.

Menko Airlangga turut menyampaikan pandangannya agar Coca Cola dapat melakukan diversifikasi usaha terkait dengan pengembangan produk berbahan baku buah kelapa, mengingat Indonesia juga memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan buah kelapa serta luas lahan untuk perkebunan juga tersedia dalam jumlah yang besar.

Di sisi lain, diversifikasi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan pekebun kelapa yang mayoritas adalah pekebun kecil atau smallholder farmer, dan memberikan multiplier effect yang besar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya