Nilai Ekspor Mei 2022 Anjlok 21,29 Persen Gara-Gara CPO

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2022 sebesar USD 21,51 miliar

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2022, 12:43 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2022, 12:41 WIB
Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2022 sebesar USD 21,51 miliar. Capai tersebut mengalami penurunan 21,29 persen dibandingkan pada kinerja April 2022.

"Nilai ekspor Mei 2022 turun 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai ekspor Mei tercatat sebesar USD 21,51 miliar," kata Deputi idang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Rabu (15/6).

Bila dibandingkan dengan kinerja tahun lalu pada periode yang sama, kinerja ekspor Mei mengalami peningkatan yang melandai. Pada Mei tahun 2021 kinerja ekspor tercatat hanya USD 16,93 miliar atau kinerja ekspor mengalami peningkatan 27 persen (yoy).

"Ekspor Mei 2022 masih mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu namun mengalami perlambatan," kata Setianto.

Berdasarkan golongan barang HS 2 digit, penurunan ekspor terbesar pada komoditas lemak dan minyak nabati/hewani. Pada bulan Mei 2022 terjadi penurunan hingga 71,79 persen atau nilainya mencapai USD 2,14 miliar.

Adapun negara yang mengalami penurunan ekspor antara lain India, Pakistan dan China. Penurunan tersebut tidak terlepas dari kebijakan larangan ekspor CPO dan turunannya yang berlangsung selama 28 April-23 Mei 2022.

"Saat ini kita mengalami restriksi pada Mei lalu sehingga minyak kelapa sawit ini mengalami penurunan ekspor," kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penurunan Ekspor Terbesar

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut Setianto menjelaskan penurunan ekspor terbesar tercatat dari industri pengolahan yang terkontraksi hingga 25,93 persen.

"Sektor pengolahan yang paling dalam turunnya karena komoditas kelapa sawit, pakaian jadi atau konveksi dari tekstil (yang menurun)," kata dia.

Disusul sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang turun 25,92 persen. Pada sektor ini terjadi penurunan ekspor sarang burung dan tanaman obat.

Kemudian sektor pertambangan dan lainnya turun 12,92 persen. Hal ini disebabkan menurunnya ekspor di komoditas bijih tembaga dan lignit. Hanya sektor migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,83 persen karena peningkatan ekspor minyak mentah dan migas.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

BPS: Ekspor Indonesia pada Mei 2022 Turun 21,29 Persen

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia Mei 2022 sebesar USD 21,51 miliar atau turun hingga 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau April 2022.

"Nilai ekspor 2022 turun 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya. MtM mengalami penurunan ekspor kalau dilihat nilainya ekspor USD 21,51 miliar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Mei 2022, Rabu (15/6/2022).

Setianto menjelaskan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, perolehan ekspor masih mengalami peningkatan 27 persen. Kendati begitu, pertumbuhannya masih mengalami perlambatan.

Terdapat tiga sektor yang mengalami penurunan ekspor di Mei 2022, di antaranya pertanian, pengolahan dan pertambangan. Adapun sektor yang mengalami penurunan secara bulanan atau month to month yaitu industri pengolahan yang mengalami penurunan ekspor hingga 25,93 persen.

"Komoditas yang mengalami penurunan minyak kelapa sawit, pakaian jadi atau konveksi.Minyak kelapa sawit karena kita ada larangan ekspor sehingga mengalami penurunan," ujarnya.

Sedangkan, sektor pertanian yang mengalami penurunan adalah komoditas sarang burung dan tanaman obat. Lalu, sektor pertambangan turun 12,92 persen yang ditopang penurunan komoditas biji tembaga dan lignit.

"Sektor migas yang meningkat mtm jadi sektor migas mengalami peningkatan disebabkan oleh komoditas migas untuk minyak mentah dan gas," ujarnya.

Lebih lanjut, Setianto mengatakan, peningkatan terbesar ekspor terjadi pada nikel dan barang daripadanya sebesar USD 233,7 juta (65,39 persen).

Kemudian, penurunan terbesar ekspor nonmigas Mei 2022 terhadap April 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 2.149,5 juta (71,79 persen).

Adapun dilihat dari sisi negara ekspor nonmigas Mei 2022 terbesar adalah ke Tiongkok, yaitu USD 4,59 miliar, disusul India USD2,26 miliar dan Amerika Serikat USD 2,05 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,49 persen.

Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD 4,07 miliar dan USD 1,46 miliar.

 

Jokowi Minta Perluasan Akses Ekspor ke Australia

Soal Reshuffle Kabinet Ini Kata Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan merombak (reshuffle) kembali jajaran kabinet kerjanya. Lalu siapakah yang diganti dan masih bertahan? (Foto: Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta kepada pihak Australia untuk bisa memperlias akses kerjasama ekonomi, dengan adanya nilai tambah yang tinggi.

Hal itu disampaikannya saat menerima kedatangan Perdana Menteri Australia yang baru terpilih, Anthony Albanese di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (6/6/2022).

"Kita lebih fokus kepada kerjasama ekonomi, beberapa hal disampaikan pentingnya perluasan akses produk Indonesia dengan nilai tambah tinggi ke Australia misalnya otomotif," kata Jokowi saat jumpa pers, Senin (6/6/2022).

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini bercerita, Indonesia baru saja melakukan ekspor perdana terhadap mobil CBU (completely build-up) unit Toyoya Fortuner ke Australia. Hal itu dilakukan pada Februari kemarin, dimana seluruh perakitannya berada di Indonesia.

"Saya mengharap ekspor seperti ini akan terus terbuka," jelas Jokowi.

Sebagai informasi, ekspor mobil ke Australia ini diproduksi di pabrikan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang, Jawa Barat.

Jokowi menyatakan Toyota Motor Manufacturing Indonesia berhasil membuktikan pandemi COVID-19 tidak hanya menjadi tantangan melainkan juga menjadi peluang usaha.

"Pandemi juga membuka untuk kita bisa mengambil peluang dan kesempatan yang ada, baik itu mengambil pasar pasar baru, yang peluang itu hari ini telah terbukti di ambil kesempatan itu dengan baik oleh PT Toyota Motor Manufacturing dengan ekspor perdananya ke Australia," kata dia.

Saat ini, kata Jokowi, Indonesia telah mengekspor mobil ke hampir 80 negara di 4 benua, yaitu Amerika, Afrika, Asia, dan Australia. 

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya